Jawaban ruang:
Ya, jika kita menyadari bahwa setiap hukum itu bukan berdiri sendiri, tapi dipasang oleh Pengatur utama.
Dalam ruang Rubik, mengenali pola bukan sekadar menyelesaikan teka-teki, tetapi menemukan jejak Tuhan dalam keteraturan --- jika kita tetap sadar siapa yang menata Rubik dari awal.
3. Bagaimana jika wahyu bertentangan dengan akal?
Jawaban ruang:
Ibnu Rusyd berkata: Jika wahyu benar dan akal benar, maka harus bisa dipadukan. Jika tampak bertentangan, itu karena:
Kita salah pahami teks wahyu, atau
Akal kita belum cukup tinggi untuk memahami maksudnya.
Dalam konsep ruang: Wahyu adalah peta dari luar Rubik. Akal adalah alat bantu di dalam Rubik.
Keduanya akan sejalan jika kita tidak salah membaca peta atau salah memahami arah rotasi.
4. Apakah ini artinya manusia bisa menentukan arah sendiri?
Jawaban ruang:
Tidak. Manusia hanya  membaca arah, bukan menentukan poros.
Ibnu Rusyd percaya bahwa manusia bisa memahami sistem, tetapi sistem itu tetap berasal dari Tuhan.
Maka dalam ruang, manusia bisa bergerak, berpikir, dan menyusun strategi, tetapi keberhasilan tetap tergantung pada posisi dan izin dari poros kehendak.
Ibnu Rusyd mencoba menyatukan ruang akal dan ruang iman dalam satu bidang pandang: