Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Multazam dan Dua Hati Haji Tua

5 Oktober 2017   23:06 Diperbarui: 5 Oktober 2017   23:23 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa rupanya?"

"Setiap usai thowaf, baik wajib, maupun yang sunah, Dahlan akhiri dengan sholat dan doa di depan Multazam, sebuah tempat mustajabah di antara Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah. Doa agar ibu hamba disatukan dengan Pak Haji Sujapar. Ya Bu, Dahlan berdoa sejak menginjakkkan kaki di masjidil Harom, hingga saat thowaf Wada'. Termasuk pula di tempat mustajabah lain seperti Roudhoh di masjid Nabawi dan sebagainya."

"Dahlan........"

"Maafkan Dahlan ibu ...... putra Ibu ini tahu, di persaudaraan haji 2005 tinggal Pak Haji Japar dengan Ibu. Akan lebih berkah jika Ibu dan beliau bersatu. Dahlan ridlo Pak Haji Sujapar jadi ayah Dahlan...."

Perempuan tua itu memeluk anaknya kembali. Kali ini tangisnya lebih deras. Ia tahu, kemustajaban Multazam disaput keikhlasan akan mendatangkan bukti nyata.

Hari berikutnya perempuan tua itu menata hati. Menahan detakan tak keruan di dadanya ketika sesekali Haji Sujapar menelpon, atau mengatakn hal lain. Dan tentu ketika minggu depan ia akan mendengarkan jawaban perempuan itu.


Hajjah Maryati telah siap mental. Terbayang di matanya, 2005, ketika di depan multazam juga mendoakan kebehagiaan untuk anak-anaknya. Kini semua anak-anaknya berbahagia bersama keluarganya.

"Assalaamu'alaikum bu Hajjah!" terdengar kalimat Haji Sujapar di HP.

"Multazam!" jawab Hajjah Maryati.

"Apa Bu?"

"Mmmm.... mm... maaf... maaf.... Pak Haji, wa'alaikumusalam!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun