Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Multazam dan Dua Hati Haji Tua

5 Oktober 2017   23:06 Diperbarui: 5 Oktober 2017   23:23 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maksudnya?"

"Rumah kita. Ya, rumah kita. Bukan rumah Bu Hajjh ataupun rumah Sujapar."

"Pak?"

"Kita tinggal satu rumah."

"Pak?"

"Silaturahim sampai mati."

"Pak?"

"Di penghujung usia kita yang sugah hampir tujuh puluh tahun, kita masih butuh teman untuk bertukar fikiran. Untuk saling menumpahkan kegelisahan hati. Juga menjalankan amanat persaudaraan haji kita. Haji Abdul dan Hajjah Syarifah sudah pasti, mereka suami istri. Praktis tinggal kita berdua. Bukankah itu akan lebih baik, dan lebih bermanfaat silaturahim kita jika kita satu... kita satu rumah ... resmi.... res .... Resmi sebagai suami istri....."

Hajjah Maryati tertunduk.

Wanita tua itu sama sekali tak menyangka Haji Sujapar menyatakan itu begitu lugas. Selama ini tak ada firasat apa-apa. Namun sebagai wanita ia tidak serta merta menyambut ajakan Haji Sujapar. Namun tetap saja ajakan laki-laki itu menjadi bahan pikiran dan ia coba turunkan ke hati, secara perlahan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun