Mohon tunggu...
Diana Nabilah
Diana Nabilah Mohon Tunggu... Pembelajar

Belajar menulis dengan menghimpun ekspresi melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tak Dianggap

13 Maret 2025   04:10 Diperbarui: 13 Maret 2025   04:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumen pribadi

Tak Dianggap

Lugunya aku,
berdiri di antara bayangan sendiri,
menyapa sepi yang tak pernah menjawab,
memeluk harap yang semakin rapuh.

Memang siapa aku?
Aku bukan siapa-siapa,
hanya suara lirih yang ditelan angin,
hanya noktah kecil di jagatnya yang luas.

Lantas mengapa aku kecewa?
Mengapa aku masih menuntut bahagia,
sedang hadirku tak lebih dari ilusi,
tertiup angin, luruh bersama sunyi?

Aku hanyalah angin lalu,
menyusup celah tanpa disadari,
menyentuhnya tanpa pernah dipahami,
dan pergi tanpa pernah dirindukan.

Untuk apa aku memaksa selalu ada,
jika kehadiranku hanya sebatas fatamorgana?
Untuk apa berharap menjadi nyata,
jika dalam dunianya aku hanyalah fana?

Lugunya aku,
yang terus berharap diutamakan olehnya,
menunggu tatapan yang tak pernah ditujukan padaku,
menyimpan rindu untuk dia yang tak mengenalku.

Dia, yang tak pernah menganggapku ada,

yang memandangku seperti udara,

yang dengan ringannya berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun