Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ia Raja Pesisir, Aku Raja Pedalaman [Part 3: "Old Castle"]

11 Oktober 2019   12:00 Diperbarui: 11 Oktober 2019   12:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: smartvoyageur.com

Aneh sekali. Desa ini begitu sepi. Tak usah aku bertanya, nama desa ini telah tertulis di sebuah arah penunjuk jalan yang hampir lepas. Nama desa itu Dunberg.

Ada satu hal yang aneh terlintas di pikiranku. Setelah kami keluar dari kota kecil tempat tinggal kami dulu, lalu semua seperti membawaku ke sebuah alam dimensi yang lain. Semua nama-nama ini asing bagiku. 

Tapi, biarlah, lagi-lagi, aku tak mau memikirkan hal itu. Aku ingin menikmati perjalanan, yang dulu hanya kudapatkan dalam mimpiku. Hanya bisa kudengar dari mulut Iyem yang membacakan buku-buku dongeng kesukaanku.

Mobil yang kami kendarai membelah jalan yang tak banyak dilewati penduduk sekitar. Bahkan desa itu mirip sebuah desa yang mati. Di sekeliling kami kabut masih menutupi jalanan yang kami lewati. Tetes embun pun belum selesai membasahi seluruh daun-daun, belum sempat membelai tanah dan menyejukkannya.

Perumahan penduduk tak lagi berupa bangunan bagus seperti rumahku yang dulu. Rumah demi rumah yang kami lalui hanya berupa bangunan tembok sederhana. Warnanya kusam. Sungguh. Ini tempat yang sangat aneh.

Aku mencoba mengerti semua ini. Tapi, begitu sulit kucerna dalam alam nalarku. Atau sedang bermimpikah aku?

Kami tiba di sebuah gerbang yang tinggi. Thea keluar dari mobil dan menunjukkan sebuah benda kecil pada dua orang penjaga di depan gerbang itu.

Ada sebuah kastil di depanku. Ya, kastil. Seperti dalam buku dongengku. Benar-benar seperti sebuah mimpi. Bangunan ini menjulang cukup tinggi. Dari pintu gerbang paling luar kami harus melewati halaman sepanjang kurang lebih 500 meter. 

Lalu ada sebuah gerbang lagi yang menghubungkan antara pintu masuk kastil dengan halaman terdepan yang hampir menyerupai hutan kecil, karena banyak pohon di sekitarnya.

Dari gerbang kedua inilah kami menghampiri sebuah pintu besar yang bagiku sangat megah. Pintu itu terbuat dari kayu yang sangat kuat. Aku merabai sebuah pintu yang berukir indah. Gagang pintu ini berupa kepala singa. 

Oh, ya. Di halaman kastil ini terdapat beraneka macam bunga. Berwarna-warni. Sedangkan tepat di hadapan pintu masuk kastil, ada sebuah kolam dengan tiga air mancur yang dirancang dengan berbagai ornamen patung cantik. Sungguh ini seperti surga bagiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun