Kembali angin sejuk mempermainkan kami berdua. Berhembus pelan, menerbangkan anganku kembali ke masa 2 tahun yang silam.
Chating terakhir kami diakhiri dengan kisah yang sedikit perih bagiku. Memang kami hanya berhubungan lewat chating pribadi. Tak lebih dari itu.Â
Ya, aku pikir, apa yang terjadi 2 tahun yang silam adalah akhir dari segala yang pernah kami lalui. Aku mulai meninggalkan bayangan si empunya mata elang yang kini duduk di sampingku. Aku pergi bersembunyi darinya, kala itu.
"Kerabat sama Vina atau Rendy?" pertanyaan Mas Bimo mencabutku dari alam lamunan.
"Oh, bukan. Aku cuma bantu tim WO punya teman," jawabku singkat.
"Oh, ..."jawab Mas Bimo terdengar agak kaku. Entah mengapa.Â
Biasanya kami saling berbincang lepas di ruang chat pribadi kami. Tapi, mungkin memang kami sama-sama texter, jadi sekarang kami bertemu seperti kehabisan kata-kata.
"Pulang ke Solo sama siapa?" kembali Mas Bimo memecah kesunyian antara kami berdua.
"Sendirian, Mas. Mungkin nanti saya naik kereta api saja. Atau naik bus,"jawabku tak tentu arah seakan berharap ada yang menawariku tumpangan.
"Emmmh, " jawab Mas Bimo singkat.
"Bim! Ayo cepetan. Ntar kita kemalaman sampe rumah," seru seorang pria jangkung berkacamata, dengan memakai baju batik lurik.