Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Lukisan-Lukisan Hidup

23 September 2016   15:43 Diperbarui: 23 September 2016   16:35 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banner Horor dari Fiksiana

Beberapa hari kemudian aku baru bertanya ke kakakku. "Mas suka banget lukisan karapan sapi ya? Lihatin melulu".

Kakakku heran mendengar pertanyaanku. Ia menggeleng. "Enggak gitu Wi. Lukisan itu aneh!" ia berkata ragu-ragu. "Lukisan itu seolah-olah hidup!"

Ah kami berdua berpandangan dan aku mengangguk. Kakakku kemudian tahu aku juga merasakan hal yang sama. "Matanya bergerak-gerak ya, Mas?" Ia mengangguk. Aku bergidik. "Lukisan seram dan rumahnya pun seram. Kakek di sebelah rumah juga seram..."
"Kakek?" kakakku kebingungan. Ia merasa tak melihat ada orang lagi selain kami, termasuk di sebelah rumah. Aku dag dig dug jangan-jangan yang kulihat hantu.

Kami berdua merahasiakan peristiwa itu. Tapi kami jadi selektif dengan lukisan. Hal yang sulit, karena ayahku gemar sekali mengoleksi lukisan. Ada lukisan besar tentang Arjuna dan Khrisna di Baratayudha terpajang di ruang tamu. Aku baik-baik saja melihatnya dan menganggap lukisan itu sangat epik, aku seolah terbawa suasana mengerikan peperangan. Lalu ayah membawa ke rumah lukisan Nyai Roro Kidul. Konon lukisan itu dibuat melalui perjumpaan langsung dengan penguasa laut selatan tersebut. Aku merasa tidak nyaman setiap kali memandangnya. Dan lagi-lagi sebuah lukisan yang menyesakkan ada di rumah. Sebuah gambar tentang kapal yang terdampar di pantai yang sunyi. Sungguh memandang gambar tersebut seolah menyedot energi.

Melihat lukisan-lukisan koleksi ayahku membuatku teringat lukisan karapan sapi dan rumah menyeramkan tersebut. Kisah tentang rumah tersebut kemudian kuketahui dari Ibu. Ia pernah tinggal di rumah itu pada masa-masa awal menikah dengan ayah. Saat itu ayah masih sering bertugas di luar kota dan jarang pulang. Ia sering merasa kesepian karena lingkungan itu sepi dan baru merasa tenang ketika kakak perempuanku lahir.

Ia tidak pernah suka dengan rumah itu. Sudah beberapa kali ia mendapat gangguan di rumah tersebut dan sering merasa was-was setelah matahari terbenam. Kakak perempuanku juga pernah menangis ketakutan saat bermain di kebun belakang, tapi sepertinya ia telah lupa dengan kejadian tersebut. Ketika ayah mengajak beristirahat di rumah itu, ibuku merasa keluh tapi ia enggan berdebat karena lelah.

Aku berpandangan dengan kakak laki-lakiku. Ia berkesimpulan rumah itu sudah horor dari dulu.

"Ma, kalau kakek yang di sebelah itu siapa?"

Ibu nampak terkejut dengan pertanyaanku. Pemilik rumah itu memang ada di sebelah rumah. Ia seorang kakek yang penyendiri. Tapi ia sudah sangat tua ketika ibuku tinggal di sana dan sudah meninggal beberapa tahun setelah ibuku pindah dari rumah tersebut.

"Kamu benar-benar melihatnya?" Ibuku nampak sangsi. Aku mengangguk. Seolah-olah berbicara sendiri, ia berkata lirih. "Ia dukun."

Rumah hantu dan lukisan misterius itu sudah kulupakan. Namun masih ada lukisan Nyai Roro Kidul itu. Aku berkata ke ibuku aku tidak nyaman melihat lukisan itu. Setelah berembuk dengan ayahku, lukisan itu dipindah ke sebelah ruangan, di garasi yang merangkap ruang kerja ayah. Setiap aku terjaga, aku merasa ada sesuatu seperti ada langkah kaki di garasi dan ruang tamu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun