bertanya apakah di sana kau juga menatapku.
Mungkin kita tidak lagi berbagi meja dan kopi,
tapi masih berbagi langit yang sama,
hanya terpisah oleh dimensi yang tidak bisa dijembatani oleh langkah.
Kini aku mengerti, Ayah:
kau tidak pernah benar-benar pergi.
Kau hanya menjadi bagian dari waktu---
menyusup di antara detik-detik yang kualami,
berdiam di sela napas dan doa.
Dan pada akhirnya aku menyadari sesuatu yang sederhana,
namun terasa seperti rahasia besar semesta:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!