Sate Klathak, Sate yang Gak Biasa: Si Jagoan dari Bantul yang Bikin Lidah Takluk
Kalau biasanya sate disajikan dengan tusuk bambu, siraman bumbu kacang, dan potongan lontong atau nasi, beda cerita kalau kamu main ke daerah Bantul, Yogyakarta. Di sinilah lahir satu kuliner unik yang bisa dibilang "out of the box" banget Sate Klathak namanya. Dan percaya deh, ini bukan sembarang sate. Ini sate yang bisa bikin kamu berkata: "Lho, kok gini? Tapi kok enak banget?!"
Kenapa Namanya "Klathak"?
Nama "klathak" berasal dari suara "klatak-klatak" yang muncul saat daging kambing dibakar di atas bara api. Iya, suara itu khas banget, apalagi karena tusukannya bukan dari bambu kayak sate biasa, tapi dari jeruji besi sepeda!
Nggak salah baca. Sate Klathak ditusuk pakai jeruji besi beneran. Bukan cuma buat gaya-gayaan ya, tapi memang ada tujuannya. Jeruji besi bisa menghantarkan panas lebih merata ke dalam daging, jadi daging kambingnya bisa matang sempurna, luar dalam, tanpa bikin gosong di luar tapi mentah di dalam. Cerdas kan?
Dan jujur aja, ngeliat tusukan besi panjang berisi potongan daging kambing yang montok-montok dibakar di atas bara, itu bikin aura jagoannya dapet banget. Kayak lagi lihat pedang kuliner. Laki banget, tapi tetap memikat siapa aja yang doyan makan.
Sate Anti Mainstream
Yang bikin Sate Klathak makin nyentrik adalah bumbunya atau lebih tepatnya, ketiadaan bumbu kompleks. Nggak ada saus kacang. Nggak ada kecap manis tumis bawang. Nggak ada rempah 1001 macam. Bumbu utamanya cuma dua: garam dan merica. Udah.
Lho, kok cuma gitu doang?
Nah, justru di situlah letak keistimewaannya. Daging kambing yang dipakai di sate ini memang harus berkualitas, segar, dan tanpa bau prengus. Karena bumbunya minim, rasa asli dari daging benar-benar ditonjolkan. Dan pas digigit... boom! Gurih, juicy, dan punya rasa khas yang justru nggak tertutup oleh bumbu-bumbu ribet.
Jadi ini bukan soal kehebohan bumbu, tapi soal keberanian menunjukkan karakter asli daging kambingnya. Minimalis, tapi berkelas. Kayak seni kontemporer sedikit elemen, tapi efeknya luar biasa.
Biasanya Disajikan dengan...
Kalau kamu pesan sate klathak di warung-warung legendaris di Bantul, biasanya kamu nggak cuma dikasih sate aja. Ada kuah gulai kambing hangat yang disajikan sebagai pelengkap. Tapi jangan bayangkan gulai kental yang warnanya kuning keruh penuh minyak. Ini lebih seperti sup, kuahnya bening dengan aroma rempah yang lembut.
Bayangin: sate klathak panas-panas, ditaruh di piring lebar, terus disiram kuah gulai. Disandingkan dengan nasi putih hangat dan sambal. Dijamin... kamu bisa diam sesaat, menikmati aroma dan panas yang naik dari piring, sebelum akhirnya menyerbu dengan lahap.
Beberapa Tempat Wajib Buat Menyicip Sate Klathak
Kalau udah sampai sini kamu mulai ngiler, tenang, aku kasih bocoran tempat-tempat legendaris buat nyicip sate klathak:
1. Sate Klathak Pak Pong
Ini legenda hidupnya. Lokasinya di Jalan Imogiri Timur, Bantul. Tempatnya luas, dan jangan kaget kalau malam-malam penuh antrean. Bahkan kadang harus waiting list. Tapi worth it banget. Sate-nya tebal, kuahnya mantap, dan porsinya bikin kenyang sampai besok pagi.
2. Sate Klathak Pak Bari
Kalau kamu pernah nonton film "AADC 2", pasti familiar sama tempat ini. Sate Klathak Pak Bari buka dari sore sampai malam, dan uniknya, jualan di pasar! Iya, di Pasar Jejeran, dan makannya pun sederhana---bangku plastik, meja kayu, lampu remang-remang. Tapi rasanya? Kelas atas!
3. Sate Klathak Pak JeDe
Satu lagi pilihan yang nggak kalah enak. Porsinya besar, dagingnya empuk, dan suasananya lebih tenang. Cocok buat kamu yang pengin makan tenang tanpa harus antre panjang.
Daging Kambing? Serius Nggak Prengus?
Ini pertanyaan yang paling sering muncul. Banyak orang agak skeptis sama daging kambing karena takut amis, prengus, atau teksturnya alot. Tapi di Sate Klathak, semua kekhawatiran itu lenyap. Karena yang dipakai biasanya kambing muda, teksturnya empuk dan aromanya bersih. Apalagi karena nggak ditutupin bumbu tebal, rasa segar dagingnya malah lebih terasa.
Dan rahasia lain: karena dimasak dengan tusukan besi, panas bisa masuk lebih dalam dan merata, bikin bagian dalam daging juga matang sempurna. Nggak ada bagian mentah atau alot. Pokoknya, setiap gigitan adalah kenikmatan.
Sate yang Mewakili Keberanian
Boleh dibilang, Sate Klathak ini adalah bentuk perlawanan dari kuliner yang "main aman". Di saat kebanyakan makanan berlomba-lomba menambahkan banyak bumbu dan saus demi menciptakan sensasi, Sate Klathak malah berjalan berlawanan arah menampilkan yang sederhana, tanpa topeng, tanpa kamuflase.
Ini semacam pesan: kadang yang paling nikmat itu justru yang paling jujur.
Dan memang, kejujuran rasa Sate Klathak ini bikin banyak orang ketagihan. Bahkan yang awalnya skeptis pun sering kali berbalik jadi fans berat. Karena begitu kamu coba, kamu tahu---ini bukan sate biasa.
Siap Jadi Penggemar Baru?
Jadi, kalau kamu mampir ke Jogja, jangan cuma cari bakpia, gudeg, atau kopi senja di Kaliurang. Ajak perutmu berpetualang ke Bantul dan temui sendiri si jagoan kuliner ini Sate Klathak. Rasakan tusukan jeruji yang membakar daging dengan cinta, nikmati bumbu minimalis yang justru bikin rasa asli daging bersinar, dan seruput kuah gulai hangat yang menenangkan jiwa.
Sate Klathak bukan cuma makanan, tapi pengalaman. Dan setelah sekali coba, mungkin kamu bakal bilang, "Wah, sate yang kayak gini mah harusnya ada di tiap kota!"
Selamat mencoba, selamat kenyang, dan hati-hati bisa jadi kamu nggak bisa balik lagi ke sate biasa!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI