Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Keindahan Pantai Tanjung Kelayang Bikin Makin Cinta Sama NKRI

28 Januari 2022   14:44 Diperbarui: 28 Januari 2022   14:50 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."

Kalimat indah penuh semangat yang dilontarkan oleh Bung Karno tersebut menjadi pegangan saya dalam meraih impian.

Sejak mengenal pelajaran sejarah, geografi, seni dan budaya di bangku SMP. Saya ABG langsung melambungkan impian untuk bisa keliling Indonesia suatu saat nanti.

Mendengar lagu Nenek Moyangku Orang Pelaut, Indonesia Tanah Air Beta, Tanah Airku dan masih banyak lagi lagu-lagu yang menggambarkan tentang keindahan Indonesia. Saya lo merasa terharu.

Saya merasa bangga dan bersyukur sekali terlahir di bumi tercinta Indonesia. Alamnya yang indah, gugusan pulau dan pantai serta kekayaan alamnya yang melimpah. Anugerah luar biasa dari Tuhan bagi negeri kita.

Banyak tempat-tempat indah di Indonesia yang ingin saya kunjungi.  Tak terpikirkan bagaimana caranya. Pokoknya mimpi saja dulu. Bukankah mimpi adalah kunci untuk kita meraih cita ungkap Nidji. Maka begitulah saya. Melambungkan mimpi setinggi-tingginya.

Seiring berjalannya waktu, mimpi itu pun terwujud satu per satu. Salah satunya mengunjungi Pulau Belitung.

Di mana ada niat, di situ pasti ada jalan

Suatu hari saya mendapat pesan masuk yang membuat hati saya terlonjak kegirangan."Hah, ke Belitung? Kapan? Mau, mau," sahut saya antusias.

Jadi saya ditawari adik ipar untuk berangkat ke Belitung menggantikan dirinya yang tak bisa berangkat karena satu dan lain hal.

"Pokoknya tinggal berangkat aja kok, Mba. Semuanya sudah diatur. Nanti kukasihkan nomor Mba. Jadi biar komunikasi selanjutnya langsung sama Mba."

"Asyiaaapp," sahut saya.

Dasarnya saya senang jalan. Dapat tawaran jalan-jalan jelas tak menolak. Urusan ijin mengajar belakangan. Pokoknya terima saja dulu.

Maka begitulah. Pada 25-28 April 2018 saya mengikuti Tour Contest Belitung Island. Pukul 05.00 WIB saya sudah meluncur ke Bandara Soekarno-Hatta. Berhubung perjalanannya dengan rombongan. Maka mengikuti jadwal yang sudah ditentukan.

Pukul 07.00 WIB pesawat Sriwijaya Air tinggal landas menuju Belitung. Kurang lebih 1 jam 15 menit pesawat sudah mendarat di Bandara Hanandjoeddin Internasional Airport.

Perasaan saya campur aduk ketika menjejakkan kaki di bandara. Tak percaya bisa menjejakkan kaki di Pulau Belitung. Pulau yang zaman sekolah dijelaskan sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia.

Di bandara sudah ada bus yang menjemput kami. Saya dan rombongan dibawa menuju restoran yang telah ditentukan untuk sarapan terlebih dulu.

Mie kuah dengan alas daun simpor (daun khas Pulau Belitung) dan minuman jeruk kunci menjadi menu sarapan kami. Sarapan yang sangat khas sekali. Menarik dan sangat berkesan.

Mie kuah daun simpor dan jeruk kunci (dokpri)
Mie kuah daun simpor dan jeruk kunci (dokpri)
Selanjutnya saya dan rombongan melanjutkan perjalanan mengelilingi Pulau Belitung. Ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi selama 4 hari 3 malam di sana.

Salah satunya Pantai Tanjung Kelayang. Sebelum ke sana saya dan rombongan singgah dulu di Pantai Tanjung Tinggi. Lokasi yang menjadi latar film Laskar Pelangi.

Setelahnya barulah melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tanjung Kelayang. Ketika berkunjung ke sana dan menjejakkan kaki di pasir putih Pantai Tanjung Kelayang. Kemudian menyentuh beningnya air laut di sana. Dalam hati ini tak hentinya menyebut kebesaran Tuhan. Sungguh bersih dan biru sekali air lautnya.

Dokpri
Dokpri
Di sana saya dan rombongan menikmati keindahan Pantai Tanjung Kelayang sambil menyantap siput gonggong saus pedas manis. Siput gonggong merupakan hasil laut khas Kepulauan Bangka Belitung. Jadi tidak boleh dilewatkan.

Setelahnya saya dan rombongan lantas menaiki perahu yang sudah disiapkan untuk menuju Pulau Lengkuas dan snorkeling di sekitar sana. Dari dalam perahu yang saya dan rombongan tumpangi, kami melihat pulau lain yang isinya bebatuan granit yang berserakan. Salah satunya jika dilihat dari jauh seperti kepala Burung Garuda.

Selanjutnya saya dan rombongan singgah di Pulau Batu Berlayar. Di sini rasa kagum saya semakin besar akan kebesaran ilahi. Bagaimana tidak?

Batu-batu granit yang berserakan di sana besar-besar sekali. Susunan batunya tertata rapi pula. Jadi seperti sengaja disusun. Hanya terdiri atas bebatuan granit saja bisa terlihat indah dan menakjubkan. Luar biasa sekali bukan keindahan alam yang dianugerahkan Tuhan bagi negeri ini.

Di Pulau Batu Berlayar (dokpri)
Di Pulau Batu Berlayar (dokpri)
Ditambah air lautnya yang biru dan bening. Pasirnya terlihat putih berkilauan. Bintang laut berkeliaran dengan bebas. Itu pertama kalinya saya melihat bintang laut di habitatnya.

Puas menikmati keindahan Pulau Batu Berlayar, saya dan rombongan segera menuju Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas sebuah pulau yang berada di sebelah Utara Pantai Tanjung Kelayang. Di sini berdiri kokoh mercusuar yang sudah ada sejak tahun 1882.

Sayang ketika saya ke sana mercusuarnya tidak boleh dimasuki. Sedang ada perbaikan. Jadi hanya bisa melihat dan memandangi mercusuar tersebut dari luar pagar. Mercusuar yang masih berfungsi sampai sekarang.

Tidak apalah. Setidaknya sudah melihat secara langsung. Tidak sekadar melihat gambarnya saja. Duduk-duduk di pasir menikmati es kelapa sambil memandangi kemegahan mercusuar, melambungkan angan ke masa lalu.

Bagaimana mercusuar ini dibangun? Bagaimana perasaan petugas yang berjaga di sana setiap harinya? Rasa syukur kembali meluncur dari bibir ini. Bahwa kita tinggal menjaga dan merawat peninggalan tersebut dengan baik.

Tak jauh dari Pulau Lengkuas ada spot untuk kita snorkeling. Namun tidak semua peserta ikut serta. Selain tidak membawa pakaian renang. Sebagian besar malas berbasah-basahan.

Saya pengecualian. Meski tidak mengenakan pakaian renang. Saya tetap ikut serta. Pertama karena saya belum pernah merasakan snorkeling. Penasaran dong? Kedua karena sayang-sayang. Sudah jauh-jauh ke sini masa tidak merasakan keindahan lautnya. Maka saya ikut berenang di laut.

Ini kali pertama pula saya berenang di laut. Perasaan saya deg-degan. Biasa berenang di kolam yang dasarnya bisa dipijak. Sekarang di lautan lepas. Rasanya kecil sekali diri ini berada di tengah lautan.

Tapi senang sih. Ternyata enak juga berenang di laut lepas. Apalagi melihat ke bawah ada aneka jenis ikan berwarna-warni. Seru bisa berenang di antara ikan-ikan. Seperti yang biasa saya lihat di televisi.

Namun agak sedikit ribet saat ingin menyelam. Karena saya mengenakan pelampung.

"Mbanya bisa berenang enggak? Kalau bisa lebih enak dilepas pelampungnya."

Mendengar tour guide berkata seperti itu. Saya pun segera melepas pelampung. Ternyata memang lebih leluasa menyelamnya. Ya, Tuhan indah sekali pemandangan di bawah air. Itu hanya sebagian kecil. Saya benar-benar bersyukur bisa melihat langsung keindahan tersebut.

Pantaslah jika Pantai Tanjung Kelayang dan sekitarnya dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pantainya bersih dan biru. Pasirnya putih berkilauan diterpa sinar matahari. Batu-batu granit yang bertebaran sungguh mengundang decak kagum.

Dokpri
Dokpri
Sayang waktu bersenang-senang di air harus dihentikan. Karena cuaca yang tiba-tiba mendung disertai angin kencang. Air laut yang tadinya tenang mulai bergoyang-goyang oleh ombak.

Saya dan beberapa orang yang turun ke laut diminta segera naik. Memang terasa sekali arus dari ombak yang datang. Saya yang menunggu giliran untuk naik ke perahu merasa bergoyang-goyang dan naik turun oleh gelombang.

Tour guidenya sampai memegangi tangan saya agar tidak terseret gelombang. Dalam hati berujar, "Oh, mungkin begini rasanya mereka yang terkena badai di laut. Terombang-ambing tak menentu. Seram juga ya?"

Suasana laut yang mendung (dokpri)
Suasana laut yang mendung (dokpri)
Tapi seru sih. Sungguh. Pengalaman berenang di sana menyadarkan diri bahwa bisa berenang hukumnya wajib. Setidaknya untuk saya terapkan pada keluarga sendiri. Kenapa?

Karena negara kita memiliki perairan yang luas. Keindahan dan kekayaan yang tersimpan di dalamnya luar biasa sekali. Masa kita sebagai tuan rumah tidak bisa menikmatinya. Tapi para pelancong dari luar negeri yang justru bisa menikmatinya dengan puas.

Secuil keindahan Pantai Tanjung Kelayang menguatkan hati saya akan kecintaan terhadap tanah air. Rasa bangga terlahir di bumi tercinta Indonesia. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun