"Kamu jangan begitu. Mereka sudah meminta maaf."
"Nanti juga mereka balik lagi ke sikap yang semula." Ujar Rihad.
"Yang dikatakan Yosep benar, Had." Ucap Nihal membelaku.
"Jadi kalian memaafkan Dani dan geng-nya atas ulahnya selama ini?" tanya Rihad pada kami.
"Ya sudah. Lihat saja nanti." Lanjut Rihad.
Setelah memberikan sebagian bambu kepada Dani, kami berangkat ke sekolah. Â Dani dang eng-nya sudah pergi lebih dulu. Setelah hampir lima tahun berteman dengan Dani, aku baru pertama kali ini melihat Dani bertanya ramah kepadaku dan teman-teman.. Ini adalah moment yang jarang aku temukan. Sesampainya di sekolah aku langsung menuju kelas. Di sana sudah ada Pak Herdi. Beliau keheranan melihat kami datang terlambat.
"Kalian dari mana?" tanya Pak Herdi.
"Kami tadi ada urusan sedikikit. Maafkan kami." Jawabku.
"Paling-paling habis main, Pak!" teriak Dani dari bangkunya.
"Dasar!! Anak tidak tahu terima kasih." Gerutu Rihad dengan pelan.
"Kalian, silakan duduk karena kita akan mulai pelajaran keterampilannya. Anak-anak, sudah membawa semua peralatannya?"