Memang tujuan pertunjukan yang digelar sejak bulan April 2019 setiap tanggal 11 itu bisa dikatakan cukup ideal dan strategis karena tradisi reyog di setiap desa bisa ramai kembali oleh kegiatan latihan dan pertunjukan. Namun, di  sisi lain, pemerintah Ponorogo juga akan mendapatkan keuntungan ketika setiap desa setiap bulan menggelar reyog.Â
Ketika pemerintah menyebut Ponorogo sebagai Kota Reyog, maka kegiatan-kegiatan publik yang berkaitan dengan kesenian ini harus diperbanyak dan dipersering kuantitasnya, sehingga kalau ada wisatawan yang ingin menonton tidak kesulitan.Â
Kebijakan Bupati Ipong ini menegaskan kualitasnya sebagai seorang pemimpin yang mampu menginkorporasi dan mengartikulasikan secara selektif keinginan dan kepentingan para seniman yang tidak semua bisa diakomodasi dalam FNRP. Â Bagaimanapun juga, para seniman reyog adalah kelas subordinat yang jumlahnya cukup banyak dan memiliki kemampuan kreatif dalam menggerakan kebudayaan.Â
Kegelisahan kreatif mereka dalam bentuk obyokan kalau dibiarkan akan menjadi gerakan budaya yang tak terkendali. Maka memberikan kesempatan kepada mereka untuk berekspresi secara berkala adalah kebijakan cerdas untuk menunjukkan perhatian kepada para seniman sekaligus mendapatkan keuntungan ekonomis berupa dukungan terhadap agenda pariwisata.Â
Pengembangan dan regenerasi reyog obyokan dengan demikian menjadi kekuatan kultural dan ekonomis yang di satu sisi bisa memperkuat identitas ponorogo dan di sisi lain bisa mendukung aktivitas pariwisata.Â
Lebih dari itu, kebijakan Bupati Ipong bisa memberikan keuntungan politik karena publik akan memandangnya sebagai pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan budaya lokal sebagai identitas daerah.Â
Dengan konsensus publik tersebut, kepemimpinan Ipong tidak akan mendapatkan resistensi secara massif sehingga bisa mengamankan kepentingan politiknya, termasuk untuk berkontestasi dalam pemilihan bupati Ponorogo dan mengamankan agenda politik keluarganya, seperti menjadikan istrinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Partai Nasional Demokrat.Â
Dengan demikian kebijakan budaya terkait reyog obyokan yang seolah-olah berpihak kepada para seniman tetap saja memberikan keuntungan ekonomi dan politik kepada pemerintah dan pemimpin Ponorogo.
Catatan Penutup
Kehadiran dua model pertunjukan reyog, festival dan obyokan, merupakan realitas yang mengindikasikan dampak sebuah kebijakan budaya bagi para pelaku dan pengembangan kesenian rakyat.Â