Contohnya dengan keberadaan tema 'Menjelang Lebaran, Mau Belanja Apa'. Walaupun semua orang lebih banyak tidak menunjukkan sedang ingin berbelanja apa, tetap saja, ada segelintir orang yang ternyata memahami ini sebagai ajang menunjukkan apa yang memang ingin dibeli menjelang Lebaran.
Kalau masanya sedang tidak pandemi, tidak masalah. Kalau masanya masih pandemi, apakah orang-orang itu tidak berpikir perasaan pembaca yang sedang kesulitan untuk bertahan hidup?
Hanya Cuitan:
4. Lihatlah momen!
Terkadang, ada orang-orang yang sangat sensitif terhadap keadaan di sekitarnya, apalagi yang dialami.#SamberTHRKompasiana--- DEDDY Husein S (@DeddyHS_15) May 8, 2021
Apakah, kemudian semua tulisan harus beralih ke cara berdakwah?
Misalnya, mengajak orang mengalihkan target berbelanja ke aksi peduli sosial dengan membantu kaum duafa. Bukankah itu berarti beda tema?
Hal semacam ini yang menurut saya masih kurang masuk ke logika saya. Atau, mungkin saya sedang terlalu sensitif dengan hal-hal yang berkaitan dengan materi saat ini. Entah!
Keluhan terakhir adalah jujur. Saya tidak mempermasalahkan kadar atau persentase kejujurannya. Tetapi, kejujuran itu penting termasuk dalam hal berkonten.
Hanya Cuitan:
5. JUJUR.Tidak peduli berapa persen, tapi dia harus ada di mana pun dan di apa pun.#SamberTHRKompasiana--- DEDDY Husein S (@DeddyHS_15) May 8, 2021
Walaupun, belum tentu penikmat kontennya tahu apakah konten tersebut mengandung unsur kejujuran atau tidak, yang membuat konten tersebut pasti tahu. Ketika pembuat kontennya tahu kalau tidak ada kejujuran, bagaimana rasanya? Apakah nyaman?