Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pencuri Cilik dan Pertolongan yang Tak Terduga

20 Januari 2022   02:05 Diperbarui: 23 Januari 2022   22:05 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lili selalu mencintai sains, dia bercita-cita menjadi seorang dokter dengan rumah yang besar dan bersih serta lemari es yang penuh dengan makanan. Mungkin, pikir Lili, dirinya bahkan bisa menemukan obat untuk Mama. Mengobati sakit kepala Mama sehingga bisa kembali bekerja dan normal kembali.

Setelah Lili memandikan kembar dan menidurkan mereka ke tempat tidur, setelah memakan semangkuk sup yang tidak disentuh Mama dan mencuci semua piring, dia mendengar ketukan lembut di pintu. 

Lili mengintip melalui tirai, jantungnya hampir copot ke lantai. Kasir bermata bulat sayu yang baik hati berdiri di teras depan rumah, memegang kantong plastik di tangannya. Lili tahu, seharusnya tidak membuka pintu untuk orang asing, tapi, yah, wanita ini bukan orang yang sama sekali asing, kan? 

Dia mengambil napas dalam-dalam dan menarik pintu terbuka.

"Malam," sapa wanita itu sambil tersenyum. "Maaf ade, tante kemarin panggil-panggil tapi ade tra dengar. Tante cuma mo kasi barang yang ade lupa." Kasir mengulurkan kantong plastik, Lili mengambilnya tanpa sepatah kata pun. 

Pandangan sekilas memberitahunya bahwa kantong itu berisi dua kaleng Ikan sarden, sebatang wafer cokelat, sebungkus kecil biskuit, dan dua bungkus mi instan. 

Mulutnya menganga kaget saat pipinya secara bersamaan memanas karena malu. Wanita itu jelas melihat semua yang diambil Lili sebelumnya. 

Dasar bodoh, Lili mengamuk pada dirinya sendiri. Hancur sudah semuanya. Dia pasti akan dicap sebagai pencuri kecil.

"Tante, sa..." Lili mencoba berbicara, tetapi kata-kata itu tercekat di tenggorokannya. "Sa minta maaf."

"Trapapa ade," kata wanita itu, tersenyum. 

Saat mengedipkan mata, Lili merasa rasa malunya terangkat seperti kabut yang terbang ke langit malam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun