Lili selalu mencintai sains, dia bercita-cita menjadi seorang dokter dengan rumah yang besar dan bersih serta lemari es yang penuh dengan makanan. Mungkin, pikir Lili, dirinya bahkan bisa menemukan obat untuk Mama. Mengobati sakit kepala Mama sehingga bisa kembali bekerja dan normal kembali.
Setelah Lili memandikan kembar dan menidurkan mereka ke tempat tidur, setelah memakan semangkuk sup yang tidak disentuh Mama dan mencuci semua piring, dia mendengar ketukan lembut di pintu.Â
Lili mengintip melalui tirai, jantungnya hampir copot ke lantai. Kasir bermata bulat sayu yang baik hati berdiri di teras depan rumah, memegang kantong plastik di tangannya. Lili tahu, seharusnya tidak membuka pintu untuk orang asing, tapi, yah, wanita ini bukan orang yang sama sekali asing, kan?Â
Dia mengambil napas dalam-dalam dan menarik pintu terbuka.
"Malam," sapa wanita itu sambil tersenyum. "Maaf ade, tante kemarin panggil-panggil tapi ade tra dengar. Tante cuma mo kasi barang yang ade lupa." Kasir mengulurkan kantong plastik, Lili mengambilnya tanpa sepatah kata pun.Â
Pandangan sekilas memberitahunya bahwa kantong itu berisi dua kaleng Ikan sarden, sebatang wafer cokelat, sebungkus kecil biskuit, dan dua bungkus mi instan.Â
Mulutnya menganga kaget saat pipinya secara bersamaan memanas karena malu. Wanita itu jelas melihat semua yang diambil Lili sebelumnya.Â
Dasar bodoh, Lili mengamuk pada dirinya sendiri. Hancur sudah semuanya. Dia pasti akan dicap sebagai pencuri kecil.
"Tante, sa..." Lili mencoba berbicara, tetapi kata-kata itu tercekat di tenggorokannya. "Sa minta maaf."
"Trapapa ade," kata wanita itu, tersenyum.Â
Saat mengedipkan mata, Lili merasa rasa malunya terangkat seperti kabut yang terbang ke langit malam.Â