"Ma, sa ada masak sarden" bisik Lili. Suara keras akan membuat sakit kepala mama tambah parah. Dia mendekati tempat tidur perlahan, seolah-olah menenteng bom di atas dipan yang bisa meledak kapan saja oleh getaran sekecil apapun.Â
Mama mengeluarkan erangan lembut, tapi tidak bergerak. Lili meletakkan mangkuk dengan lembut di meja samping tempat tidur reyot.Â
Dia akan memberi Mama waktu tiga puluh menit, lalu akan mengambil dan memakan makanan itu sendiri. Dia tidak bisa membiarkan makanan apapun terbuang sia-sia.Â
Meski perutnya sudah keroncongan, Lili sangat berharap Mama memakan seluruh makanannya kali ini. Mama tampaknya mengecil dari hari ke hari, tubuhnya yang lemah hampir tidak meninggalkan penyok di kasur.
Kembali ke dapur, Lili membagi sisa ikan kuah ke dalam dua mangkuk plastik untuk Desi dan Dahlia, beserta nasi dan memberi mereka masing-masing beberapa biskuit. Perut kecil mereka akan kenyang malam ini. Miliknya akan kosong (kecuali dia akhirnya makan makanan Mama).Â
Tak apa, dia tahu dirinya beruntung mendapatkan sarapan dan makan siang di sekolah, tapi ragu kalau Mama memberi makan si kembar sepanjang hari.Â
Selain itu, pada hari Minggu nanti, dia bisa mengambil beras dan sembako gratis di gereja. Ini sudah hari Kamis, jadi mereka harus bisa bertahan dua hari lagi.
Setelah si kembar melahap habis makan malam, Lulu memberi mereka kejutan: satu batang wafer cokelat surgawi, dibagi dua, kemudian mereka semua meringkuk di sofa rusak untuk membaca buku favorit si kembar, Putri Salju dan Tujuh Kurcaci. Lili pernah membaca bahwa otak anak-anak tumbuh paling cepat sebelum usia lima tahun, jadi dia memastikan untuk membacakan buku untuk si kembar setiap malam.Â
Sang kakak tak sabar menunggu adik-adiknya berusia lima tahun tahun depan sehingga mereka bisa masuk ke taman kanak-kanak.Â
Kemudian, mereka tidak hanya akan mendapatkan makanan gratis seperti dia, Lili juga akan merasa tenang karena mereka aman dan dirawat di siang hari.
Dia benci meninggalkan mereka di rumah, dengan Mama yang terbaring di tempat tidur sepanjang waktu, tapi dirinya tahu, dia harus pergi ke sekolah jika ingin merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik.Â