Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pencuri Cilik dan Pertolongan yang Tak Terduga

20 Januari 2022   02:05 Diperbarui: 23 Januari 2022   22:05 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mata Lili dengan cepat melihat ke sekeliling mini market, berhenti sebentar pada setiap pelanggan untuk melihat apakah mereka melihat ke arahnya. 

Dia melihat seorang gadis remaja menggendong bayi rewel di pinggulnya, mengerutkan kening saat melihat pilihan popok yang sedikit. 

Seorang lelaki setengah baya, menguyah pinang, sedang mengambil bir kaleng yang berjejer dari lemari pendingin, bersiul sambil melemparnya ke keranjang satu per satu. 

Di lorong berikutnya, dua anak laki-laki seusianya sedang melihat ke arah jejeran bir, tertawa dan saling dorong, sambil melafalkan organ kelamin yang mungkin membuat mereka merasa lebih tua dan lebih keren daripada teman seusia, atau mungkin ada tes biologi besok di kelas mereka. Lili memutar mata, meskipun menurutnya salah satunya agak keren.

Tidak ada pengunjung toko yang memperhatikannya, sehingga yang tersisa hanyalah kasir, seorang wanita setengah baya bermata bulat dan tampak sayu. Dia ramah kepada Lili terakhir kali Lili datang ke toko ini. Lili merasa bersalah mengingat bagaimana wanita itu berusaha keras untuk berbasa-basi dan bertanya padanya tentang sekolah. 

Kasir ramah itu tampak sibuk sekarang, membungkuk untuk mengambil sesuatu di belakang konter kasir, yang berarti ini adalah waktu yang tepat bagi Lili untuk memulai aksinya.

Jantung berdebar, tangan gemetar, dia mengambil sebungkus kecil biskuit dan  memasukkannya ke dalam tas. 

Selanjutnya, dua kaleng ikan sarden yang juga menghilang ke dalam tas sekolah, bobot baru itu akan menjadi jaminan bahwa malam ini perut duo kembar dan Mama terisi dengan wajar. 

Anak laki-laki gaduh sekarang di konter membayar bir mereka - pengalih perhatian yang sempurna - jadi dia pindah ke lorong berikutnya dan melenyapkan dua bungkus mi instan dari rak ke dalam tas. Merasakan kehabisan keberuntungan dan ruang, Lili mengambil satu-satunya barang yang akan ke luar dari toko secara sah, lalu berjalan ke konter, berusaha menjaga wajahnya tetap normal.

Kasir mengenalinya dan tersenyum, mata hitamnya hangat dan ramah seperti yang diingat Lili. Lili meletakkan sebungkus wafer berlapis cokelat dan karamel ke atas meja dan membalas senyuman kasir. Dia sangat berharap tidak terlihat goyah seperti yang dirasakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun