Fenomena multitasking di kalangan mahasiswa merupakan konsekuensi dari perkembangan teknologi digital, tuntutan akademik yang kompleks, serta gaya hidup serba cepat. Banyak mahasiswa memandang multitasking sebagai cara efisien untuk menghadapi tugas menumpuk, namun bukti psikologis dan empiris menunjukkan sebaliknya. Multitasking justru meningkatkan beban kognitif, menurunkan konsentrasi, dan berujung pada penurunan pemahaman materi serta prestasi akademik.
Dari sisi psikologis, multitasking membawa dampak signifikan terhadap kesehatan mental mahasiswa. Stres akademik, kelelahan mental, kecemasan, hingga gejala depresi menjadi konsekuensi yang sering muncul. Kebiasaan multitasking juga mengganggu regulasi diri, membuat mahasiswa lebih rentan terhadap prokrastinasi dan rasa tidak puas terhadap capaian akademik maupun pribadi.
Dengan demikian, multitasking bukan sekadar gaya belajar atau kebiasaan, melainkan fenomena psikologis yang perlu mendapat perhatian serius dalam kajian psikologi pendidikan. Mahasiswa perlu menyadari bahwa "sibuk belum tentu produktif", dan keberhasilan akademik lebih ditentukan oleh fokus, manajemen waktu, serta kemampuan mengatur diri. Intervensi seperti teknik manajemen stres, mindfulness, time management, serta pembatasan distraksi digital dapat menjadi solusi untuk mencegah "mental drop" akibat multitasking berlebihan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI