Dalam konteks ini, hermeneutik menjadi metode untuk memahami makna dari tindakan manusia sebagaimana dimaksudkan oleh pelakunya sendiri (verstehen). Proses ini melibatkan apa yang disebut "lingkaran hermeneutik" (hermeneutic circle), yakni hubungan timbal balik antara bagian dan keseluruhan dalam upaya memahami makna suatu teks, peristiwa, atau fenomena sosial.
2. Akuntansi sebagai Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Â
Ketika konsep hermeneutik diterapkan dalam akuntansi, maka akuntansi tidak lagi dipahami sebagai sistem mekanis yang netral, melainkan sebagai fenomena sosial yang penuh makna. Setiap laporan keuangan, kebijakan akuntansi, atau pengungkapan informasi mencerminkan nilai, norma, dan tujuan tertentu dari individu atau organisasi yang menyusunnya.
Dalam konteks ini, teori akuntansi dengan pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey dapat didefinisikan sebagai:
"Suatu kerangka pemikiran yang memandang akuntansi sebagai praktik sosial yang mengandung makna, di mana laporan keuangan dan aktivitas pelaporan dipahami sebagai ekspresi kehidupan manusia yang perlu ditafsirkan berdasarkan konteks historis, budaya, dan nilai-nilai yang melatarbelakanginya."
Artinya, akuntansi tidak hanya berfungsi untuk melaporkan fakta ekonomi, tetapi juga mengkomunikasikan pesan dan makna sosial. Proses pencatatan, pengukuran, dan pelaporan merupakan hasil konstruksi yang dilakukan manusia yang dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, dan lingkungan sosialnya.
Akuntansi umumnya dipandang sebagai sistem informasi yang menyediakan data keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Namun, pandangan tersebut terlalu sempit bila hanya melihat akuntansi dari sudut positivistik. Dalam kenyataannya, akuntansi adalah hasil interaksi manusia, dan setiap angka yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan representasi dari nilai, persepsi, dan keputusan sosial.Â
Triyuwono menyatakan bahwa akuntansi adalah "bahasa yang menafsirkan realitas ekonomi". Artinya, laporan keuangan bukanlah cermin objektif dari kenyataan, melainkan hasil konstruksi sosial yang diwarnai oleh nilai-nilai, tujuan, dan konteks budaya organisasi. Dalam hal ini, pendekatan hermeneutik membantu untuk memahami makna yang terkandung dalam laporan keuangan dan proses akuntansi.
Pendekatan Dilthey menempatkan akuntansi sebagai bagian dari ilmu kemanusiaan, bukan semata ilmu teknik. Laporan keuangan dapat dipandang sebagai "teks" yang perlu ditafsirkan untuk memahami pesan dan makna yang ingin disampaikan oleh penyusunnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap laporan keuangan membutuhkan konteks historis, sosial, dan etis dari entitas yang menyusunnya.
3. Hermeneutik Dilthey dalam Kerangka Teori AkuntansiÂ
Untuk memahami bagaimana hermeneutik Dilthey bekerja dalam teori akuntansi, perlu dijelaskan beberapa unsur pokok pemikirannya yang relevan:
Verstehen (Pemahaman dari Dalam)
Pemahaman diperoleh dengan masuk ke dalam pengalaman pelaku. Dalam akuntansi, ini berarti memahami bagaimana manajer, auditor, dan penyusun laporan keuangan memberi makna terhadap praktik pelaporan. Misalnya, keputusan untuk menunda pengakuan pendapatan bukan hanya keputusan teknis, tetapi juga mencerminkan pertimbangan moral dan etika.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!