Si nona meninju perutnya.
"Jangan makan banyak -- banyak. Nanti perutmu jadi buncit dan tak ada wanita yang mau denganmu."
Sambil meringis kesakitan, "Perut buncit lambang kemakmuran, tahu!"
"Kalau kau bagaimana, jangan -- jangan kau ingin menjadi pacar penjual kacang berperut buncit."
Si nona menyikut lagi. si pemuda mengaduh lagi.
"Enak saja. Aku punya cita -- cita yang lebih tinggi!"
"Oh ya? Menjadi istri penjual kacang berperut buncit?"
Kali ini si pemuda berhasil menangkisnya.
"Aku suka tinggal disini. Mungkin aku akan membuat sesuatu yang berguna untuk kampung ini. Aku ingin membangun tempat ini biar lebih baik."
Si pemuda menatapnya sambil bengong.
"Kenapa?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!