Mandrake itu menatap kedua mata si nona.
"Bisakah?" tanyanya, membuat si nona kehabisan kata.
"Hentikan! Pokoknya aku tak mau kalian menyerang bunga -- bunga itu lagi!"
"Tapi kau sudah berjalan sejauh ini. Lihatlah! Separuh wilayah di dunia bunga ini sudah kita kuasai! Tidakkah kau senang dengan pencapaian ini? Bukankah ini yang kau inginkan?"
Ia pun bingung, apa yang harus dilakukan. Lalu ia ingat mimpi saat ia kecil dulu. Ia mengenang dirinya yang duduk dengan seorang pemuda.
"Tempat ini sungguh indah, kan." kata si nona.
"Ya. Aku suka tempat ini. Banyak tumbuhan dan setiap pagi aku bisa mendengar suara burung emprit berkicau." Kata si pemuda, lalu ia bersiul menirukan kicauan burung itu.
"Ngomong -- ngomong, apa keinginanmu nanti?" Tanya si nona.
"Keinginan? Aku ingin makan yang banyak dan enak. Mungkin aku akan menanam kacang, lalu merebusnya dan menjualnya. Kalau ada yang beli, aku jual. Kalau tidak, ya sudah aku makan sendiri."
"Tapi dengan begitu, kau tidak bisa makan banyak dan enak."
"Bisa saja. Asal aku menanam banyak kacang dan merebusnya dengan bumbu yang paling enak."