Hari ini, 1 Mei, bertepatan dengan Hari Buruh sekaligus hari libur nasional. Seperti biasa, saya dan istri  manfaatkan momen ini untuk melakukan aktivitas yang bukan hanya menyehatkan fisik, tetapi juga mempererat silaturahim dengan para petani. Kali ini,  rute jalan pagi nya menyusuri dataran tinggi Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung.
Sebelumnya, saya sudah menghubungi penyuluh pertanian setempat untuk menyampaikan maksud dan tujuan tersebut.
Alhamdulillah, salah satu petani merespon positif. Namanya Kang Apip. Kami pun sepakat bertemu di rumah seorang petani senior sekaligus Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) bernama H. Dede Supriya. Di halaman rumah beliau, saya menitipkan mobil sebelum memulai perjalanan.
Namun, semua kelelahan itu terbayar lunas saat kami tiba di dataran paling rendah: hamparan sawah yang menyuguhkan pemandangan luar biasa. Tanaman padi yang mulai berisi bulir malainya menandakan masa panen akan tiba sekitar 2 - 3 Mingguan lagi.
Mereka mengajak kami singgah di sebuah saung di tengah sawah. Sambil menikmati udara segar dan suasana yang tenang, kami berdiskusi. Ternyata selain menanam padi, sebagian anggota juga menanam sayuran seperti sawi dan bawang daun. Tapi komoditas utama tetap padi.
Saya sempat bertanya, varietas apa yang mereka tanam? Pak Cepi langsung menjawab, "Inpari 32." Hati saya langsung menghangat. Varietas ini adalah hasil kerja keras Badan Litbang Pertanian, yang kini telah bertransformasi menjadi Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP).Â
Mengetahui bahwa inovasi yang kami diseminasi dulu benar-benar diadopsi dan bermanfaat nyata di lapangan, membuat saya sangat bangga.
Di Sukaresmi, sistem tanam sudah mencapai Indeks Pertanaman (IP) 300. Artinya, dalam setahun bisa panen tiga kali. Ini sangat mungkin karena ketersediaan air yang cukup dan sistem irigasi yang tertata baik. Kemajuan ini patut diapresiasi.