Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Di Balik Meja Interview, Apa Sebenarnya yang Dicari HRD?

22 Juni 2025   18:28 Diperbarui: 25 Juni 2025   13:17 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang kandidat muda mengikuti interview kerja dengan fokus, duduk berhadapan dengan HRD di ruang kantor modern yang tenang dan profesional. (Sumber: freepik/yanalya)

Setiap kali duduk di depan meja interview, sebagian besar dari kita mungkin bertanya-tanya: "Apa yang sebenarnya dicari oleh HRD dari kandidat seperti saya?"

Apakah mereka lebih mementingkan jam terbang panjang atau justru potensi besar yang belum sepenuhnya terasah? Apakah pengalaman bertahun-tahun selalu lebih unggul dibandingkan semangat belajar dan kemampuan adaptasi yang kuat?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak asing lagi, apalagi di era kerja yang kini lebih cair dan multidimensi. 

Dunia kerja tak lagi hanya menilai seseorang dari deretan sertifikat atau daftar pengalaman kerja yang impresif. HRD kini memandang lebih dalam - mencari karakter, nilai, dan kemampuan interpersonal yang sejalan dengan budaya kerja perusahaan.

Soft Skills dan Culture Fit: Kartu As yang Tak Tertulis

Dalam banyak kasus, HRD justru menaruh perhatian besar pada soft skills: kemampuan komunikasi, kerja sama tim, cara menyampaikan ide, bahkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan.

Saya pernah membaca sebuah artikel di mana seorang HR professional dari sebuah startup teknologi yang ada di Jakarta, berkata; "Kami seringkali lebih memilih kandidat yang belum terlalu berpengalaman, tapi punya attitude bagus dan cepat belajar, daripada yang pengalaman 10 tahun tapi sulit beradaptasi," ujarnya. 

Culture fit - kecocokan dengan nilai, gaya kerja, dan etika perusahaan - juga semakin dilirik. Dalam tim yang dinamis, kepribadian yang positif, mampu diajak kolaborasi, serta punya growth mindset bisa menjadi pembeda besar. 

Itulah sebabnya dalam banyak sesi interview, pertanyaan-pertanyaan seperti; "Bagaimana kamu menyikapi konflik dalam tim?" atau "Pernahkah kamu gagal? Bagaimana kamu bangkit?" menjadi kunci untuk menilai karakter si pelamar.

Bukan Sekadar Jawaban, tetpi Juga Gestur dan Energi

Menariknya, proses interview bukan hanya soal jawaban verbal. Banyak HRD justru memperhatikan gestur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, hingga intonasi suara.

Contohnya, ketika menjawab pertanyaan, apakah si kandidat tampak percaya diri namun tetap rendah hati? Apakah dia mendengarkan baik-baik sebelum menjawab? Apakah jawabannya reflektif, atau hanya copy-paste dari artikel tips interview di internet?

Bahkan hal sepele seperti datang tepat waktu, berpakaian rapi, hingga sapaan awal bisa menciptakan kesan pertama yang kuat. Ada HRD yang menyebut, "Saya bisa menilai kepribadian seseorang dari lima menit pertama sebelum pertanyaan formal dimulai."

Pengalaman Para Kandidat dan HRD

Salah seorang teman pernah membagikan pengalamannya saat mengikuti interview di sebuah perusahaan multinasional. Saat itu, ia merasa kurang maksimal karena gugup dan terbata-bata. 

Justru setelah sesi selesai, sang HRD menghampirinya dan berkata, "Kamu kelihatan nervous, tapi jawabanmu jujur dan bisa dipertanggungjawabkan. Teruslah belajar percaya diri, kamu punya potensi."

Masukan seperti ini sangat langka, tapi justru membekas. Ia tak lolos saat itu, namun tetap menjalin komunikasi dengan HRD tersebut, yang akhirnya membuka jalan di kesempatan kerja lainnya.

Di sisi lain, ada juga kisah dari seorang recruiter yang kecewa karena kandidat yang sangat kuat di CV, ternyata tampil arogan dan kurang bisa bekerja sama saat simulasi kelompok.  Di sini aku jadi paham, itulah mengapa attitude lebih utama, karena skill bisa dipelajari, tapi sikap sulit dibentuk kalau orangnya tidak terbuka.

Dari beberapa artikel dan teman yang aku tanya, ada beberapa tips yang bisa diterapkan saat interview bersama HRD, di antaranya;

1. Jujurlah tentang kemampuanmu. Jangan mengada-ada hanya demi terlihat hebat.

2. Tunjukkan ketertarikan pada perusahaan dan posisi yang dilamar. Bukan hanya cari kerja, tapi tunjukkan alasan kita cocok di sana.

3. Berlatih menjawab, tapi jangan menghafal. Jawaban yang terasa otentik lebih menyentuh dibanding jawaban template.

4. Jaga sikap dan sopan santun. Bahkan jika wawancara dilakukan daring, gesture dan kesopanan tetap jadi penilaian.

Kesimpulannya, apa yang dicari HRD saat interview kerja ternyata bukan hanya soal pengalaman panjang atau prestasi luar biasa. Mereka mencari kombinasi antara potensi, karakter, dan kecocokan budaya kerja. 

Mereka ingin tahu, apakah kita bisa tumbuh bersama tim? Apakah kaita akan membawa energi positif ke ruang kerja mereka?

Jadi, saat dipanggil interview, jangan hanya mempersiapkan jawaban cerdas. Persiapkan juga hati yang jujur, semangat untuk belajar, dan sikap terbuka terhadap feedback. 

Karena bisa jadi, yang membuat kita diterima bukan jawaban paling pintar - tapi cara kita menampilkan diri sebagai manusia yang mau bertumbuh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun