Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Situs Plered, Jejak Kebesaran Mataram yang Ternoda Ambisi Kekuasaan

8 Mei 2025   10:19 Diperbarui: 18 Mei 2025   20:52 7239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Target pembunuhan berikutnya adalah Pangeran Puger dan Purbaya. Keduanya adalah putra Panembahan Senopati dari istri yang berbeda. Pangeran Purbaya berhasil dibunuh, namun Pangeran Puger tidak. Sebab Pangeran Puger sempat mengangkat dirinya sebagai raja Mataram di Plered, setelah jatuh ke tangan Trunojoyo. Ini kekejaman kelima.

Dampak langkah-langkah politik yang dilakukan Amangkurat adalah pemberontakan putra Mahkota (Amangkurat II), walaupun berhasil digagalkan. Puncaknya adalah persekongkolan Amangkurat II dengan Trunojoyo yang melakukan pemberontakan, dan berhasil menyingkirkan Amangkurat I keluar dari istana Plered. Sejak pemberontakan Trunojoyo, Mataram sudah berada diambang kehancuran.

3). Menjalin Kerjasama dengan VOC

Kerjasama Amangkurat I dengan VOC berlanjut pada pemerintahan Amangkurat II di ibukota Mataram baru yaitu Kartasura. Kerjasama dengan VOC inilah yang mempercepat Mataram mengalami kehancuran. Sebab akhirnya, VOC lah yang menentukan arah kebijakan Mataram.

Puncaknya adalah lahirnya Perjanjian Giyanti 1755 yang membagi wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Bahkan pasca Giyanti juga disusul Perjanjian Salatiga yang membagi wilayah Kasunanan Surakarta menjadi wilayah Kasunanan dan Mankunegaran. 

Sedangkan Kasultanan Yogyakarta menjadi Kasultanan dengan Pakualaman. VOC lah yang akhirnya berhasil menjadi penguasa, menggantikan Mataram.

Mataram pada periode Plered sudah memasuki masa kegelapan. Kondisi demikian disebabkan oleh sikap dan perilaku Amangkurat I yang sewenang-wenang dan kejam. Sasaran kekejaman adalah para bangsawan, ulama, bahkan saudara kandung sendiri.

Akibatnya, secara internal, kondisinya tidak kondusif secara politik, secara eksternal Mataram makin kehilangan legitimasi. Maka, pada masa Amangkurat I, Mataram ternoda akibat ambisi kekuasaan buta sang raja.

Setelah Plered jatuh ke tangan Trunojoyo saat melakukan pemberontakan, Amangkurat II yang menjadi raja di pengasingan, akhirnya mendirikan ibukota Mataram baru di Kartasura.

Referensi:

  • Abimanyu Soedjipto.2015. Kitab Terlengkap Sejarah Mataram.Saufa.Yogyakarta
  • Abimanyu Soedjipto.2017.Babad Tanah Jawi, Terlengkap dan Terasli.Laksmana.Yogyakarta
  • Ari Setyastuti,dkk.2015Mozaik Pusaka Budaya Yogyakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun