Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Menghilang Sebelum Cahaya

18 Maret 2025   12:28 Diperbarui: 19 Maret 2025   15:19 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau pernah menghilang sebelum cahaya saat kabut masih pekat
Masih kuingat bayanganmu dibawa angin yang sungguh sangat kencang
Yang tiba-tiba datang menghempas segalanya tanpa pesan sebelumnya
Kemudian menerbangkan daun-daun dengan sedemikian rupa
Yang di sana banyak kutulis sajak-sajak tentang rindu

Kini saat cahaya benar-benar telah menyilaukan mata
Bayangmu tak lagi ada dan itu sangatlah menyiksa
Meski aku masih bisa merasakan kehadiranmu di antara cahaya
Hatiku terasa nyeri seketika tanpa bisa kuusap sakitnya
Dan aku hanya bisa merana merasakan kau perlahan-lahan menjauh

Kini aku hanya bisa membayangkan kehadiranmu di antara cahaya
Bersama angin kencang yang pernah membawamu saat kabut masih pekat
Dan untuk sesaat, aku benar-benar telah terbuai oleh rasa bahagia
Ah, tetapi itu hanyalah bayangan yang kucipta
Ketika rinduku padamu tak lagi dapat dibendung

Tahukah kau sayang?
Bagiku ribuan tahun tak menjadi masalah
Selalu memikirkanmu yang kini entah berada di mana
Meski aku tersiksa dengan pertemuan yang selalu terbayang
Aku rela menjaga hatiku untukmu

Masih kuingat saat bayanganmu dibawa angin yang sungguh sangat kencang
Seketika itu badanku langsung lemas tanpa gairah
Meskipun kau hanyalah sebuah aksara...
Tetapi kau adalah aksara pertama yang pernah kutuliskan
Dan aku akan selalu menantikan kau kembali di dalam kesetiaan yang tak berujung

Kau memang pernah menghilang sebelum cahaya saat kabut masih pekat
Masih kuingat bayanganmu dibawa angin yang sungguh sangat kencang
Doa dan harapanku kau akan kembali datang pada suatu saat
Sampai aku akhirnya benar-benar menyadari, sejatinya kau tidaklah kemana-mana
Kau hanya terselip di tumpukan kata, di dalam pikiran dan hatiku

Bandungan, 18 Maret 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun