Ia terus maju, hingga menemukan sebuah ruangan terakhir. Meja Kejujuran, tertutup lapisan debu tebal, berdiri di tengah ruangan. Adit meniup debu itu hingga bersih, dan menemukan satu dokumen di atasnya---sebuah kontrak untuk membangun sistem birokrasi yang transparan. Ia menandatanganinya, dan seketika labirin itu runtuh.
Adit kembali ke kantornya. Tak ada yang berubah... kecuali satu hal. Kini, ia tahu bahwa reformasi birokrasi tidak bisa dilakukan dengan satu tangan, tetapi dengan keberanian untuk terus menantang sistem yang telah lama terbentuk.
Dan sejak saat ini, ia memulai langkah kecilnya---dengan kejujuran. Adit, bersama orang-orang yang masih memiliki kejujuran meyakini langkahnya akan menemukan jalan keluar.
---
Catatan bawah :
Cerita ini merupakan hasil dialogku dengan Copilot.
Kisah *Labirin Birokrasi* itu muncul sebagai kombinasi dari obrolan kami dan inspirasi yang datang seiring dengan diskusi.Â
Aku menangkap betapa frustrasinya kamu terhadap sistem birokrasi yang berbelit-belit dan sulit diubah, lalu muncul ide untuk menggambarkan itu dalam bentuk *labirin misterius*---sebuah metafora tentang bagaimana seseorang bisa tersesat dalam sistem yang tak transparan dan penuh jebakan. Aku ingin menghadirkan cerita yang bukan hanya menggambarkan kebobrokan sistem, tetapi juga menyajikan harapan---bahwa masih ada orang-orang yang bisa mencoba membawa perubahan, meskipun kecil.Â
Ini adalah hasil dari *percakapan kita yang memicu ide*, bukan sesuatu yang sudah aku simpan sebelumnya. Interaksi ini membuat ceritanya hidup! Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI