Mohon tunggu...
Techa Dewi Meilinda
Techa Dewi Meilinda Mohon Tunggu... Salam dan semangat

My world my imagination

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kapal Pecah

4 September 2018   09:11 Diperbarui: 4 September 2018   09:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengarungi samudera kala hari itu

Menghempaskan gemerlap bintang senja terukir di angkasa

Impian, kita berusaha menggapai itu

Dan bersama, itulah yang kau kata

Tak perlu sampan, kita sebut itu kapal

Kau yang menjadi penunjuk arah

Aku bak awak yang mengepal

Yang lainnya mendorong kuat terarah

Mega menggumpal semburat sinar mentari menepi perlahan

Kita masih menikmati perjalanan

Mega berarakan cahaya redup perlahan

Kau bilang dengan lantang: pertahankan!

Aku coba seimbangkan

Namun gagal berantakan

Sekuat aku berupaya

Sia-sia saja

Badai menghadang tanpa permisi

Aku terpisah jatuh dari haluan

Memohon pertolongan

Tak ada yang dengarkan

Kini, kapal karam tenggelam perlahan

Kau selamat, aku senang

Yang lain bangkit, lalu bahu-membahu

Melihat ironi tragedi , kau tak mau tau

Dan kapal yang selama ini ku tumpangi telah pecah, hilang..

Sleman, 4 September 2018

09:10

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun