Terlebih, musim ini Hawks memainkan para forward tangkas paten yang cenderung kaku seperti Dyson Daniels (yang bisa dilapis guard luwes Kobe Buffkin atau shooter murni Luke Kennard), Jalen Johnson (rookie Asa Newell yang cenderung lebih lincah bertenaga) dan Zacharie Risarcher (yang akurasi tembakan tiga angkanya paling menonjol di antaranya ketiganya) <yang bisa dilapis atau bermain bersama defender jago tembak Nickeil Alexander Walker) yang bukan hanya melindungi guard mungil kurang jago defense mereka Trae Young, tapi juga sebagai petarung apabila apabila center utama mereka yang rentan cedera Kristaps Porzingis (dan pelapisnya yang lebih kalem Onyeka Okongwu) bermain dari area tiga angka, termasuk bersama Luke Kennard yang dikenal kurang jago defense.
Kemiripan dengan permainan generasi jadul, di atas kertas juga bisa dipertontonkan Portland Trail Blazers yang dengan mendatangkan rookie lambat tapi lincah asal tiongkok Yang Hansen (yang bisa dilapis big man skillful sabar Donovan Clingan) yang otomatis mengingatkan kita pada era Nikola Jokic eh Avidas Sabonis, big man kreatif dengan visi bagus yang juga dikelilingi para pemain yang jago bergerak dengan atau tanpa bola termasuk para pemain Blazers terkini yang dikenal tangkas dan kurang jago tembak termasuk playmaker mereka Scoot Handerson (yang bisa dilapis sekaligus bermain bersama playmaker senior jago defense dan nembak Jrue Holiday), guard kekar dan tangkas Shaedon Sharpe (dan/atau defender jago steal dan ngeblok Toumani Camara), secondary playmaker jangkung lumayan jago tembak Deni Avdija (shooter Rayan Ruppert), plus forward tangkas senior Jerami Grant (Kris Murray yang punya dribel dan pergerakan luwes).
Utah Jazz jadi tim berikutnya yang tampaknya juga ikut meneruskan tradisi mereka lewat  komposisi pemain muda mereka sejak beberapa tahun lalu, terutama tradisi memainkan komposisi pemain dengan postur menonjol dengan peran yang jelas. Sebut saja Walker Kessler (213 cm) yang mengingatkan kita pada permainan big man raksasa Mark Eaton atau Greg Ostertaag yang lebih tangkas, tapi tetap lebih jangkung dari big man NBA kebanyakan.
Tembakan akurat dari power forward seperti Karl Malone dan Carlos Boozer juga ditunjukkan Kyle kyle filipowski, pemain senior Kevin Love, atau Lauri Markannen (yang cepat atau lambat boleh jadi akan dilepas ke tim lain lantaran usia dan kematangan permainan Markannen kurang sesuai dengan visi permainan Jazz yang mengandalkan pemain muda),
Bahkan permainan ala tukang angkut air khas Byron Russell juga dihadirkan lewat permainan Tyler Hendricks yang tangkas dan jago block shot. Sayang alur permainan Jazz musim ini belum terlalu hidup lantaran Isaiah Collier, playmaker kalem yang lebih bernaluri pengumpan, belum menampakkan jiwa kepemimpinan seperti halnya para playmaker legendaris Jazz (atau mayoritas playmaker NBA terkini). Keyonte George yang juga sering menjadi starter di posisi serupa juga lebih bertipe guard yang produktif mencetak angka ketimbang pengatur serangan.
Kehadiran rookie  Ace Bailey, yang mengingatkan saya pada forward jangkung Minnesota Timberwolves, Kevin Garnett, berkat defense dan tembakan akurat satu versus satunya, seolah juga belum menjawab kebutuhan Jazz akan sosok playmaker dengan gaya permainan yang kuat lantaran Bailey cenderung langsung menembak begitu menerima umpan, layaknya mantan duo Chicago Bulls (dan sekarang Sacramento Kings) Zach Levine dan Demar Derozan, yang meski akurat, justru menghambat alur permainan tim.
Berbicara tentang Bulls yang dikenal jago memoles talenta superstar seperti layaknya Michael Jordan, Derrick Rose, dan Jimmy Butler yang dikenal sama-sama mampu menggendong timnya melaju jauh di babak playoff di eranya masing-masing, Bulls tampaknya mencoba menapak jalur yang sama dengan mendatangkan big man luwes jangkung jago tembak asal Perancis, Noa Essengue (dan big man Australia, Lachlan Olbrich, dengan dribel, tusukan dan umpan lumayan prima), yang bersama rookie mereka tahun lalu, Matas Buzelis, Â justru mengingatkan kita pada mantan rookie Bulls, Lauri Markannen, yang tampil solid selama kompetisi summer league kali ini, meski harus diakui dari sisi kesungguhan dalam bermain belum sekental para legenda Bulls di atas. Terlepas dari itu semua, setidaknya kehadiran Essengue (dan Olbrich) yang juga punya visi prima, bisa saling mengisi atau bahkan menggantikan big man senior Nikola Vucevic di kemudian hari.
Membahas sekumpulan para rookie musim ini belum lengkap rasanya jika tidak membahas Phoenix Suns, yang bisa jadi tampil lebih menjanjikan berkat kedatangan para pemain baru, termasuk para rookie yang sesuai dengan kebutuhan tim.
 Jika perannya sebagai playmaker utama tidak diisi guard/ forward produktif, yang baru memperpanjang masa baktinya bersama Suns, Devin Booker, (berikut calon pelapis/rekan guard di lapangan, rookie Koby Brea, yang dikenal sebagai penembak jitu dengan akurasi tembakan menonjol), playmaker produktif Jalen Green yang dikenal kurang efisien mencetak angka bakal menjadi pelayan bagi rookie Khaman Maluach, yang seperti juga duo big man Suns lainnya, Mark Williams dan Nick Richard (apabila tidak berpindah tim) sama-sama jago menyambut umpan lambung, meski Maluach juga dikenal jago membaca permainan dan pergerakan pemain lawan, terutama dari sisi defense plus trio forward yang bisa diisi Booker dan salah dua dari tiga defender merangkap penembak jitu mungil: Dillon Brooks, Royce O’Neal (198 cm), dan pemain Bengal Grayson Allen (193 cm), yang praktis bisa bermain bersama apabila Booker/Green bermain sebagai playmaker, dengan catatan Bradley Beal, yang menurut kabar terbaru akan bermain bersama Los Angeles Clippers, tidak lagi bermain bersama tim.
Jika ingin memainkan permainan yang lebih bertenaga, peran salah satu forward Suns bisa diisi Ryan Dunn  (198 cm) yang dikenal jago memotong umpan pemain lawan dan mengeblok bola seperti halnya Oso Ighodaro (208 cm), yang juga hobi bergerak dari area tiga angka sebelum menuntaskan serangan atau umpan di bawah jaring.
Sayang, meski punya pergerakan tanpa bola yang bagus, setidaknya musim lalu, Dunn dan Ighodaro, kurang terlihat sering membuka ruang lewat umpan pada pemain yang lebih bebas atau bergerak tanpa bola.