Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Draft NBA 2025, Panggung Para Pemain Muda Bisa Nembak

16 Juli 2025   22:25 Diperbarui: 19 Juli 2025   12:11 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baley, Flagg, Johnson, dan Fears (hoopshq.com)

Identitas yang kadang menarik disaksikan di atas lapangan, namun tidak selalu di papan skor dan statistik, lantaran lewat permainan cepat tersebut, Hornets lebih sering berada di luar peringkat delapan besar sejak tim ini berdiri tahun 1988, meski pencapaian tersebut juga dipengaruhi  kurang jelasnya visi permainan Hornets dari waktu ke waktu (dengan seringnya gonta-ganti pelatih), yang turut membuat para pemain senior enggan bermain untuk Hornets serta rentan cederanya beberapa pemain dalam beberapa musim terakhir, termasuk dua pemain kunci Lamelo Ball dan rookie Brandon Miller,

Melihat rekam jejak kebugaran Lamelo Ball selama bermain di NBA, Hornets lantas mendatangkan dua playmaker bertipe cepat sekaligus yaitu Collin Sexton dan Spencer Dinwiddie untuk mengantisipasi absennya Ball saat musim tengah berlangsung.

Langkah antisipasi yang sama juga diambil sesama tim muda, New Orleans Pelicans, yang justru mendatangkan sesama playmaker luwes Jeremy Fears dan sesama rookie yang lebih jangkung Derik Queen, yang secara gaya bermain sedikit tumpang tindih dengan Zion Williamson, yang lebih sering menepi selama masa pemulihan.

Tidak seperti gaya permainan tim NBA kebanyakan, dilindungi  Yves Missi di bawah jaring atau pemain baru Kevon Looney, permainan dua angka Pelicans justru makin kental dengan kehadiran dua pemain baru tadi, meski rataan percobaan tembakan tiga angka yang cukup banyak (namun belum tentu akurasinya) bisa dihadirkan oleh para pemain bengal seperti Jordan Poole dan Dejounte Murray, atau Trey Murphy (yang akurasi tembakan tiga angkanya lebih konsisten) yang biasa melapis sekaligus bermain bersama Herb Jones, salah satu defender terbaik NBA saat ini.

Dipadu dengan serangan balik cepat, identitas permainan dua angka juga ditunjukkan Toronto Raptors, tim yang entah kenapa terkesan lebih sering menunjukkan permainan yang lebih sering berseberangan dengan gaya permainan NBA yang sedang marak.

Diperkuat para pemain ulet bervisi prima, yang tidak selalu berpostur tinggi, para pemain seperti Ochai Agbaji, Scottie Barnes, Jonathan Mogbo, dan rookie Collin Murray Boyles (9,2005) yang gaya permainannya lebih terlihat seperti fotokopian satu sama lain, Raptors secara teori bakal lebih sering mempertontonkan kombinasi tusukan dan umpan tajamnya pada Jakob Poetl (selama yang bersangkutan tidak berpindah tim di tengah jalannya kompetisi) atau sesama playmaker tadi yang rata-rata sama-sama jago seruduk dan bergerak tanpa bola tersebut, termasuk pada Gradey Dick dan/ atau Ja'Kobe Walter (beserta pemain baru Brandon Ingram) yang paling punya akurasi tembakan tiga angka lumayan. 

Bahkan dengan kombinasi akurasi tembakan tiga angka dan pergerakan tanpa bola yang bagus, Dick justru bisa menjadi pembuka ruang bagi para mayoritas pemain Raptors yang punya akurasi tembakan tiga angka setara atau di bawah 36%, termasuk playmaker mungil mereka Jamal Shead.

Kehadiran playmaker yang senantiasa tidak terburu-buru saat memberikan umpan akurat, Tyus Jones (beserta playmaker rookie ulet Noah Penda) dan penembak jitu gempal favorit saya Desmond Bane (beserta calon pelapis sekaligus rekan di atas lapangan,  Jase Richardson yang punya akurasi umpan tajam dan tembakan tiga angka menjanjikan meski jumlah rataannya tidak banyak) bisa jadi bakal memberi warna tersendiri bagi permainan Orlando Magic  yang dikenal banyak diperkuat para pemain jangkung tangkas bertenaga yang kurang jago tembak dan hobi bergerak tanpa bola seperti playmaker Jalen Suggs, forward jangkung dengan visi bagus, Franz Wagner, serta pemain serbabisa gempal Paolo Banchero. Terlebih Magic tidak lagi diperkuat rookie binaan sendiri, Caleb Houston yang hijrah ke Atlanta Hawks. 

 Membahas permainan dua angka, tidak lengkap rasanya tanpa membahas tim yang di atas kertas memainkan permainan bertempo cepat seperti San Antonio Spurs yang bisa jadi memainkan komposisi 2-2-1 lewat permainan duo playmaker jago seruduk (kurang jago tembak) DeAron Fox (Jordan McLaughlin) dan Stephon Castle (dan/atau Dylan Harper) plus dua pemain dengan jump shot kalem mematikan Devin Vassell (atau Keldon Johnson) dan Harrison Barnes (atau Kelly Olynyk yang dikenal jago membuka ruang dengan menjadi dinding pemantul bagi para pemain yang bergerak tanpa bola), menemani Victor Wembanyama (Wemby) yang bisa bermain bergantian atau malah bersama big man jago tembak, Luke Kornet, terutama jika salah satu dari mereka bermain dari area tiga angka atau setidaknya, dekat area lemparan bebas sebagai power forward.


Bahkan, dengan komposisi pemain yang luwes dan postur yang mendukung, Spurs praktis bisa memainkan tiga guard sekaligus dalam skema 1-3-1, dengan memaksa Harper (198 cm) yang mewarisi kemampuan defense dari bokapnya sebagai forward, menemani para guard Fox, Castle, atau bahkan McLaughlin yang lebih mungil.

Komposisi yang juga luwes juga bisa dipertontonkan Atlanta Hawks, entah kenapa, terlepas bakal mendapat menit bermain yang cukup atau tidak, lewat kehadiran rookie luwes bertenaga Asa Newell (23, 2005), yang mesti sedikit,  mengingatkan saya pada Hawks era Dominique Wilkins yang bermain bersama playmaker mungil Doc Rivers, guard tidak egois Randy Wittman, serta forward tangkas Kevin Wills (atau pelapisnya yang lebih luwes Cliff Levingston beserta big man kalem, Tree Rollins.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun