Menurut sudut pandang saya, Niccolo Machiavelli membawa manifestasi teori politik yang tidak digambarkan secara "mengawang" atau abstrak utopis saja, namun diwujudkan dalam bentuk paradigma realisme sehingga terdapat perbedaan antara kenyataan konkret dengan yang hanya bersifat sebatas ide.Â
Kenyataan tersebut dilihat Machiavelli sebagai bentuk realitas politik, ketika pemimpin ingin mempunyai legitimasi atas kekuasaannya melalui wacana populisme. Wacana yang berorientasi pada "pencitraan" dengan membawa agenda kepentingan rakyat untuk meraih simpati.Â
Strategi yang menekankan bahwa pencapaian pemimpin perlu untuk disebarluaskan di tengah masyarakat, walaupun pencapaian itu sangat minim dan tidak berdampak luas.Â
Namun, jangan salah memahami bahwa cara penyebarluasan pencapaian memang menyebabkan masyarakat menaruh apresiasi dan simpati terhadap pemimpin.Â
Mengapa demikian? Rakyat memang menempati posisi kuasa tertinggi di dalam konstitusi, namun apakah mereka mempunyai akses untuk menjangkau kekuasaan tersebut? Apakah mereka dapat berpartisipasi aktif di setiap kegiatan legislatif dan tata kelola pemerintahan?Â
Ingat perkataan Machiavelli di dalam buku The Prince, yang intinya adalah akses menjangkau kekuasaan dibatasi sehingga penilaian atas hasil pencapaian tentu saja terlahir secara subjektif.Â
Masyarakat biasa atau awam selalu memandang hasil dari realitas subjektif, yaitu ketika rakyat hanya memandang hasil nyata daripada proses dan progres karena menurut Machiavelli semua orang adalah penonton.Â
"Hanya sedikit yang mampu memahami dan mengenalmu secara dekat, beberapa mempunyai keinginan untuk mendekati penguasa" (The Prince, 1961: 101). Hal tersebut yang mendorong realitas politik dalam sudut pandang Niccolo Machiavelli.Â
Machiavelli memandang kekuasaan tidak serta merta hanya tercapai melalui orientasi buta (hasrat pribadi), tetapi perlu kontrol-sosial yang menjaga kekuasaan tersebut.Â
Artinya, yaitu upaya untuk mencapai hasrat pribadi meraih kekuasaan sangat mudah apabila menggunakan cara-cara yang keji dan manipulatif, tetapi cara untuk meraih kejayaan dalam berkuasa adalah hal yang sulit apabila tidak melihat konstruksi kontrol-sosial.Â