Mohon tunggu...
Briantama Afiq Ashari
Briantama Afiq Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Kennis n Daad

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teori Machiavelli dan Wacana Populisme Politik Masa Kini

23 November 2021   15:30 Diperbarui: 23 November 2021   15:57 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi: Foto salah satu isi album di Perpustakaan Daerah Kabupaten Ngawi

Populi hanya melihat realita politik secara subjektif dan tidak nampak oleh mata atau pola pikir kritis. Pola pikir kolot pada populi menyebabkan mereka mudah tersulut isu sentimental karena kemampuan rasionalitas politik justru telah dimanfaatkan penguasa untuk mengendalikan populi secara manipulatif. 

Rasionalitas politik disertai manuver cerdas terhadap populi akan memantik sifat emosional pada populi yang terbungkus dalam bentuk manipulasi sentimental, contohnya isu SARA. Sifat emosional dan emosi termanifestasikan dalam bentuk irrasional sehingga akan sangat sulit disadarkan secara rasional. 

Akibatnya, jika manuver politik salah langkah sedikit saja maka dapat memberikan dampak pada "populi" (mayoritas). Kita hidup di tengah populi yang mempunyai pandangan dogmatis, konservatif/fundamentalis, mengesampingkan berpikir kritis maupun logis, tidak melihat sudut pandang serta konstruksi sosial individu lain secara kompleks sehingga lebih mudah menghakimi daripada mendampingi. 

Dampaknya, populi membutuhkan seorang penguasa sebagai panutan atau pegangan, karena matinya daya kritis seseorang mengakibatkan orang tersebut lebih percaya mutlak pada orang lain. Hilangnya sosok penguasa yang dapat dipercaya populi melalui retorika-retorika populis tentu berdampak sangat mengerikan. 

Contohnya, golongan populi Islam-Fundamentalis yang kehilangan sosok Prabowo Subianto ketika Prabowo lebih memilih bergabung di gerbong kekuasaan, daripada menjadi oposisi. Spektrum Islam-Fundamentalis menjadi tidak mempunyai kekuatan besar, meskipun dalam segi kuantitas memiliki basis massa besar, namun tidak memiliki sosok yang dapat dijadikan pegangan untuk memiliki akses ke pemerintahan. 

Populi seharusnya sadar betul bahwa mereka hanya menjadi komoditas objek politik yang setiap periode silih berganti menjadi daya tukar transaksi politik. Rangkaian peristiwa politik yang sangat menggambarkan teori-teori Machiavelli masih relevan, bahkan patut dijadikan refleksi atas seluruh agenda politik di bangsa ini, terutama mendekati pergelaran pemilu pemilukada 2024 nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun