Politik adalah hal rasional sehingga dapat dimungkinkan berbagai cara untuk mencapainya, seperti Machiavelli yang menilai politik adalah seni menipu halus (muslihat) sebagaimana Machiavelli memberi julukan pada Alexander IV sebagai "master in the art" (The Prince, 1961: 100).Â
Machiavelli berpikir rasional, yaitu seorang pemimpin yang tidak dihormati rakyatnya adalah ketika seorang pemimpin tersebut meraih kekuasaan dengan cara keji dan serakah, perlu diingat perkataan Machiavelli "jangan agresif dan tamak terhadap harta orang atau wanita-wanita mereka" (The Prince, 1961: 102).Â
Menurut saya, teori Machiavelli yang terkadang dianggap sebagian orang merupakan tokoh tidak bermoral merupakan anggapan yang sedikit salah, meskipun memang dalam hal tafsiran adalah hak masing-masing individu untuk menjabarkan alam pikir tokoh tersebut.Â
Saya memandang pemikiran Machiavelli terfokuskan di realisme-praktis sehingga mengesampingkan moralis dan abstrak ketika berbicara kenyataan yang terjadi.Â
Dalam konteks Indonesia hari ini, menurut saya beberapa pendapat dari Machiavelli dapat direfleksikan kembali. Untuk mencapai kekuasaan atau mempertahankan hegemoni maka seorang pemimpin (penguasa) harus memahami kondisi realita sosial agar tidak terjadi blunder ketika menentukan tindakan dan sikap politik.Â
Indonesia sebagai negara transisi dari militeristik menuju demokratis tentunya tidak memiliki warisan nilai praktik sebuah demokrasi, demokrasi negeri ini dari zaman ke zaman hanya sebatas retorika populis.Â
Politik merupakan hal rasional dan (Bios Politikos) adalah puncak dari rasionalitas. Plato-Aristotle (Politik Ideal) tentu mempunyai perbedaan dengan teori realisme Machiavelli (Politik Realisme). Kedua spektrum politik yang terpisah jaraknya terkait kecenderungan keadilan etis maupun moralitas.Â
Sangat kontras apabila dibandingkan dengan teori realisme politik Machiavelli yang mengesampingkan moralitas. Politik Indonesia berdasarkan paradigma realisme Machiavelli sangat sesuai menggambarkan apa yang dinamakan tipu muslihat menggunakan wacana "populis".Â
Strategi populis sangat efektif dalam menghadirkan angin segar untuk mengakomodir dan memanfaatkan potensi keinginan dari populi. Populi adalah "mayoritas" atau pemegang otoritas sebagai objek politik yang penting dalam sebuah demokrasi elektoral.Â
Menurut Machiavelli, mengakomodir keinginan populi dan membuatnya senang merupakan strategi cerdas dalam menentukan manuver politik untuk mengendalikan kontrol-sosial populi.Â