Sebagai perintang hati, Leta kemudian memilih untuk melihat-lihat kue idamannya tersebut dari balik etalase toko setiap pulang bekerja. Dipandanginya dalam-dalam kue tersebut  sambil dibayangkannya rasa krim yang manis dan rasa asam manis dari strawberry berpadu dalam mulutnya dan memberinya kepuasan.
" Ya, walau tak bisa mencicipinya, memandanginya pun sudah cukup bagiku, " demikian Leta seringkali berkata dalam hati.
Tanpa disadarinya, Cik Anna, sang pemilik toko, sering memperhatikan tingkahnya ini dari dalam toko. Meski sedikit penasaran dengan tabiat salah satu pelangganannya tersebut, namun wanita paruh baya tersebut hanya diam saja.
Agustus pergi berganti September. Tak terasa hari ulang tahun Leta pada tanggal 7 September semakin dekat. Dan gadis itu masih menyimpan mimpi menikmati sepotong kue tart strawberry pada hari ulang tahunnya.
" Kalau tidak tahun ini, mungkin tahun depan, " demikian dirinya bergumam sendiri untuk menghibur diri.
Tanpa terasa tanggal 7 September pun tiba. Hari dimana Leta seharusnya meniup lilin ulang tahun dan merayakannya dengan kue tart strawberry seperti yang dikhayalkannya. Tapi lagi-lagi Leta hanya menelan ludah membayangkan impiannya tersebut.
Dadanya terasa bergemuruh ketika untuk kesekian kalinya dirinya memandangi kue tart strawberry tersebut dari balik etalase toko. Hasratnya akan kue ulang tahun impiannya itu makin menggebu. Namun dirinya sadar kalau keinginannya itu takkan pernah terwujud. Dan pada sore hari tanggal 7 September tersebut Leta mengutuk diri karena tak pernah bisa menjangkau kue yang berada hanya berjarak sejengkal saja dari hadapannya itu.
Leta kemudian mengalihkan pandangannya sebentar. Mencoba membebaskan dirinya dari ilusi kue tart strawberry yang membuatnya sedih dan kecewa di hari ulang tahunnya ini.
Sejurus kemudian gadis berwajah manis itu mengeluarkan ponselnya, memotret kue tart strawberry tersebut dan kemudian balik kanan beranjak pergi.
" Oh, kue tart strawberry, tak ada kuenya, fotonya saja tak apa, " Leta berbisik dalam hati seperti biasa.
Namun alangkah kagetnya dirinya ketika mendapati seorang anak gadis seusia dirinya berdiri tepat di belakangnya. Dan hatinya menjadi kecut manakala menyadari gadis tersebut adalah Amora, putri dari Cik Anna yang ikut membantu ibunya di toko ini.
"Maafkan aku, Kak, karena telah memotret kue-kue di toko ini tanpa izin, !" ujar Leta meminta maaf pada Amora karena merasa bersalah telah memotret tanpa izin. " Aku akan menghapus foto-foto itu sekarang juga, " tambahnya.