Apakah siswa memiliki kesadaran reflektif tentang nilai-nilai keadilan?
Apakah para guru dan pengelola sekolah menjadi teladan dalam integritas?
Apakah kurikulum mencerminkan perpaduan antara kognisi, moralitas, dan estetika jiwa?
Apakah masyarakat mendukung budaya antikorupsi secara kolektif?
Dalam konteks bangsa yang tengah berjuang melawan endemi korupsi, pendidikan menjadi titik pangkal perubahan yang paling fundamental. Namun, pendidikan tidak akan berhasil hanya dengan slogan atau sekadar muatan kurikulum. Diperlukan sebuah pendekatan mendalam terhadap pembentukan karakter manusia secara menyeluruh. Filsuf Platon mewariskan model pendidikan yang disebut Paideia, yang bukan hanya menyasar kecerdasan kognitif, tetapi juga menyasar pembentukan jiwa secara utuh.
Model Paideia Platonik menawarkan format pendidikan anti-korupsi yang sangat relevan. Ia bekerja bukan hanya melalui pemberian informasi bahwa korupsi adalah tindakan buruk, tetapi membentuk manusia yang secara alami dan sadar menolak untuk berlaku curang karena jiwanya telah tertata secara adil. Pendidikan seperti inilah yang dapat mengakar dalam diri individu dan menghasilkan budaya antikorupsi jangka panjang.
Unsur Jiwa dalam Pandangan Platon
Platon membagi jiwa manusia menjadi tiga bagian utama:
Logos -- bagian rasional dari jiwa yang mencintai kebenaran dan kebijaksanaan.
Thumos -- bagian penuh semangat, keberanian, dan kehormatan.
Epithumia -- bagian yang mencerminkan nafsu, hasrat, dan keinginan fisik.