Contoh Nyata:
Di salah satu politeknik di Jawa Barat, mahasiswa mengikuti program hidup sederhana dengan batasan uang harian. Dari sana mereka belajar bahwa keserakahan muncul bukan karena kebutuhan, tapi karena kebiasaan hedonis yang dibiarkan tumbuh.
3. Tujuan Model Paideia Anti-Korupsi
Pendidikan tinggi perlu menjadikan Paideia sebagai dasar transformasi budaya akademik. Tujuan dari model ini tidak hanya mencetak mahasiswa pintar, tetapi membentuk manusia yang sadar, adil, dan berjiwa kuat. Secara khusus, ada tiga hasil yang diharapkan:
Mahasiswa memahami nilai keadilan (logos):
Mereka tidak sekadar tahu bahwa korupsi itu salah, tetapi mengerti alasan filosofis dan etis di baliknya.
Mahasiswa memiliki keberanian moral (thumos):
Mereka mampu mengatakan tidak, bahkan jika itu berarti melawan tekanan atau kehilangan keuntungan pribadi.
Mahasiswa mampu mengendalikan hasrat pribadi (epithumia):
Mereka tidak tergoda oleh tawaran yang menjanjikan kekayaan cepat, karena menyadari nilai kehidupan yang lebih luhur.
Tujuan jangka panjang dari model ini adalah:
Membentuk warga negara berintegritas.
Mengembangkan kesadaran kolektif terhadap bahaya korupsi.
Menciptakan transformasi budaya dalam lingkungan pendidikan.
4. Relevansi Model Paideia di Zaman Kini
Meski gagasan ini berasal dari dunia Yunani kuno, model Paideia tetap sangat relevan di era modern. Ketika berbagai strategi hukum dan administratif gagal menyentuh akar budaya korupsi, pendekatan Paideia menawarkan jawaban dari dimensi terdalam manusia: pembentukan jiwa.
Kampus yang mengintegrasikan Paideia dalam programnya tidak hanya menghasilkan lulusan kompeten, tetapi juga menghasilkan agen transformasi moral yang membawa perubahan ke berbagai sektor publik dan privat.