Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media Sosial Pemerintah Butuh Pengasuhan Cerdas

14 Agustus 2021   19:40 Diperbarui: 24 Januari 2022   14:26 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media sosial (Sumber: businessinsider.com via tekno.kompas.com)

Di zaman cyber ini, media sosial memang menjadi sarana komunikasi, informasi, dan sosialisasi yang paling efektif. 

Semua kalangan berlomba-lomba memanfaatkan media sosial dalam lingkup operasi mereka seperti pedagang, content creator, politisi, tak terkecuali pemerintah. Tetapi mengapa akun media sosial pemerintah terlihat relatif sepi? Apa memang perlu ramai?

Tujuan dari pembuatan akun media sosial (medsos) tentunya agar informasi tersampaikan ke banyak orang. Lebih efektif dari pada website, media analog, apalagi pertemuan tatap muka.

Semakin banyak yang melihat dan mengikuti, maka semakin berhasillah akun tersebut. Sebaliknya, jika tidak ada yang melihat, maka akun tersebut dianggap gagal karena tidak mencapai tujuannya. 

Follower dan like

Indikator sebaran informasi di medsos, antara lain, adalah jumlah "follower" dan "like". 

Jumlah follower diartikan sebagai potensi orang yang melihat, sementara like adalah indikasi orang benar-benar melihat dan menyukai informasi yang disajikan.

Banyak pemilik akun medsos yang terobsesi dengan jumlah follower dan like. Itulah penyebab munculnya jual-beli follower dan konten-konten sensasional dan yang bersifat clickbait. 

Sebagian content creator memang mengejar uang, tetapi yang lainnya mengejar popularitas dan misi-misi sosial tertentu.

Lantas apa yang ingin dicapai pemerintah? Idealnya, pemerintah ingin membangun hubungan dengan masyarakat. Pada momen-momen tertentu pemerintah ingin menyampaikan informasi, memberikan pemahaman atau berusaha mempengaruhi masyarakat.

Nah, media sosial pemerintah daerah di New Zealand (council) kelihatannya diminati warga. Akun Instagram Pemerintah Kota Wellington misalnya, tercatat memiliki follower sebanyak 19.800 pengguna. 

Jumlah ini memang terbilang kecil kalau dibandingkan dengan follower akun medsos di Indonesia, tetapi besar jika melihat jumlah penduduk Wellington yang cuma 300 ribuan orang! Coba tinjau perbandingan angka-angka tersebut di kota-kota besar di Indonesia.

Benar bahwa follower akun Wellington Council ada yang berdomisili di di luar Wellington bahkan para turis atau pelajar dari luar NZ. 

Tetap saja, pertanyaannya adalah, kenapa mereka mau mem-follow akun tersebut? Tentu ada yang mereka peroleh dari sana.

Jumlah like juga menarik untuk dibahas. Saya ambil sampel akun Instagram tiga pemerintah kota populer di NZ, yaitu Wellington, Auckland, dan Christchurch.

Salah satu postingan akun Instagram Wellington Council
Salah satu postingan akun Instagram Wellington Council

Di postingan Wellington Council di atas, mereka menginformasikan rencana pemberian izin bagi anjing peliharaan untuk menaiki cable car. 

Cable car adalah sebuah moda transportasi umum bersejarah yang menjadi ikon Wellington. Selain dikemas lucu, informasi itu memang menarik bagi warganet sehingga tak heran mendulang seribuan like.

Salah satu postingan di akun Instagram Auckland Council
Salah satu postingan di akun Instagram Auckland Council

Satu sampel dari akun Auckland Council menunjukkan informasi kegiatan hiburan dan wisata di kota itu. Informasi seperti ini memang jamak di-post oleh akun-akun pemda di NZ. 

Itu sebabnya orang mem-follow, agar tidak ketinggalan informasi seperti festival, sale, dan layanan masyarakat lainnya.

Salah satu postingan di akun Instagram Christchurch Council
Salah satu postingan di akun Instagram Christchurch Council

Sampel dari akun Christchurch Council di atas menampilkan kebanggaan bahwa kota mereka menjadi salah satu destinasi wisata favorit versi majalah TIME. Jumlah like pun melewati angka 700. Jumlah like yang relatif banyak untuk ukuran organisasi publik.

Konten menarik dan bermanfaat

Kenapa bisa? Karena konten mereka menarik dan variatif, dan bermanfaat. Informasi yang disampaikan memang dibutuhkan masyarakat. 

Logikanya sederhana, kita pasti mem-follow sebuah akun yang kontennya kita butuhkan. Kita juga me-like konten yang kita rasa menarik dan berkesan, ya bukan?

Sosialisasi acara, wacana kebijakan, hingga hal-hal yang mungkin dianggap remeh-temeh seperti foto-foto kota tempo dulu, sosok warga kota yang menarik untuk diberitakan, dan hal-hal ringan lainnya, menjadi konten akun pemda-pemda di NZ.

Seremoni pejabat ditampilkan hanya jika dianggap sangat penting untuk diketahui masyarakat. Biasanya pejabat menampilkan kegiatannya di akun pribadi mereka masing-masing.

Konten-konten akun pemda itu tak jauh berbeda dengan konten akun swasta asuhan anak-anak milenial. Jelas, kebanyakan pengguna medsos adalah kaum milenial. Jadi bukan hanya wajar, tetapi sebuah keharusan bagi pemilik akun untuk mengikuti gaya kaum milenial.

Prinsip pemasaran

Apakah medsos memang perlu dilihat dan disukai banyak orang? 

Ditinjau dari ilmu pemasaran, akun medsos yang profit-oriented akan berusaha mem-post konten-konten yang semenarik mungkin untuk mengundang perhatian warganet. Semakin banyak follower dan like, maka peluang bisnis semakin besar, semisal dari iklan atau penjualan. 

Bagi akun-akun yang tidak berorientasi profit, banyaknya follower membuat pesan-pesan mereka tersampaikan secara luas yang berpeluang untuk mempengaruhi banyak orang, bukan hanya para follower-nya. Sebab konten itu suatu saat dibagikan oleh follower-nya atau diinformasikan kepada orang lain.

Di titik inilah, akun media sosial pemerintah menjadi penting untuk dibangun secara serius dan cerdas. 

Konten media sosial pemerintah harus menarik dan berisi informasi-informasi yang dibutuhkan masyarakat. Prinsip customer-driven! Begitu daya tariknya tinggi lalu dikonsumsi banyak orang, maka lebih mudah bagi pemerintah untuk menyampaikan pesan, memberikan pemahaman, dan mempengaruhi stakeholder dan masyarakat. 

(Dikutip dari buku Ah, Logika NZ Sederhana Aja...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun