Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Bunga Mawar (2)

13 September 2021   09:43 Diperbarui: 13 September 2021   09:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Surat Yasiin ayat 83. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Setelah memahami konstitusional kita sebagai manusia, kita masih dibekali lagi dengan piranti lainnya berupa Al Qur'an atau Kitab Suci sebagai pedoman hidup selama melakoni hidup dan kehidupan di atas dunia; Sekaligus diberi gambaran kapan, dan dimana seseorang akan menerima reward dan punishmentnya. Karena itu hendaklah kita yakin, adanya hari kemudian.

Dirasa belum cukup, Allah Swt. menugaskan malaikat (Jawa=saudara gaib) agar selalu menjaga, mengantar dan mengiringi kita, dimanapun berada dan beraktivitas. Dirasa belum cukup juga, Allah mengutus seorang figur panutan yaitu Nabi, agar dapat menjadi contoh bagi pengikutnya, dalam mengamalkan perintah dan petunjuk Allah baik yang tertulis, maupun yang tidak tertulis. Betapa Maha Pemelihara Allah, dalam menjaga kesucian manusia yang dikodratkan sebagai khalifah Allah dimuka bumi.

Tinggal kita dapat atau tidak, menjaga kesucian amanat yang telah dipercayakan kepada kita, atau malah mau mengkhianatinya. Surat Al Anfaal ayat 27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Insya-Allah dengan keteguhan iman, kita dapat menjaga kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati kita, amiin ya Robbal alamin. 

Bila kita analogikan kondisi baru sampai disini, ini identik dengan kuntum bunga mawar yang belum mekar atau baru berupa kuncup bunga. Belum dapat menunjukkan keindahan dari mekarnya sang mahkota bunga mawar, dan belum dapat menebarkan aroma mewangi kepada pihak lain.  Dari kenyataan ini, mudah-mudahan kita dapat memahami bahwa iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat - malaikat, kitab - kitab, nabi -- nabi, hakekatnya adalah baru merupakan salah satu sisi takwa. Berupa langkah dalam memahami jati diri kita, melalui hubungan manusia dengan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan hablumminallah.

Tetapi bila usaha keras kita hanya sampai disini, atau dengan kata lain hanya sampai di satu sisi takwa, bukankah ini sama saja kita hanya memikirkan untuk kepentingan diri sendiri alias menjadi orang egois? Belum dapat berpikir atau berbuat, untuk menyenangkan dan membahagiakan orang atau pihak lain? Lalu apa arti hidup ini? Masih kalah dengan bunga mawar bukan?

Namun demikian, sampai disini ini sudah merupakan modal dasar yang bagus, untuk melangkah ke depan dalam upaya menggapai derajat takwa. Karena dengan bermodal diri, jiwa dan hati yang suci insya-Allah akan dapat melahirkan buah pemikiran yang baik. 

Mengapa? Mari sekilas kita mengingat kembali. Dalam ilmu kesehatan diketahui bahwa tubuh manusia terdapat syaraf sensoris dan syaraf motoris. Syaraf sensoris berfungsi memberi perintah, dan syaraf motoris menggerakkan organ tubuh untuk berbuat sesuai perintah syaraf sensoris. Analoginya, dengan buah pemikiran yang baik syaraf sensoris memberi perintah, kepada syaraf motoris. 

Sudah barang tentu syaraf motoris dengan berbekal perintah yang baik, akan menggerakkan organ penggerak untuk melaksanakan sesuai perintah, alhasil akan menghasilkan perbuatan yang baik pula.

Bunga mawar kecuali menebar senyum nan ceria melalui keindahan mahkota bunga dan aroma mewanginya, juga memberikan madu dari kantung nektarnya bagi setiap tawon yang mengunjunginya. 

Karena itu untuk menyempurnakan upaya kita menggapai derajat takwa, kita seimbangkan dengan sisi lainnya, agar hidup kita diatas dunia ini menjadi lebih bermakna. Apa sisi lain dari takwa? Tidak lain adalah amal saleh atau perbuatan baik kepada sesama mahluk ciptaan Allah, atau membangun hubungan horizontal secara baik, dan yang umumnya dikenal dengan sebutan hablumminannas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun