Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Bunga Mawar (2)

13 September 2021   09:43 Diperbarui: 13 September 2021   09:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belajar dari bunga mawar sebelumnya, mudah -- mudahan dalam mengaji selanjutnya kita sudah berbekal dengan pemahaman diri yang suci, jiwa yang suci, dan hati yang suci. 

Dengan demikian  diharapkan kita sudah dapat merasakan, siapa sesungguhnya manusia sejati itu. Manusia sesungguhnya adalah Sang Suci atau yang oleh leluhur tanah Jawa dikiaskan sebagai Satriyo Piningit, tidak lain adalah sebagian dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Oleh karena itu sesungguhnya  manusia memiliki sifat-sifat ke Illahian, layaknya sifat - sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.  

Hal ini dapat dipahami, bila agama ditilik dari sisi makripat atau rasa yang merasakan atau roso pangroso manusia. Karena memang demikianlah konstitusional manusia. 

Surat Al Hijr ayat 29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. 

Surat Shaad ayat 72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya."

Mari kita mengaji bersama surat Al Baqarah ayat 177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Dari ayat tersebut dapat dipilah menjadi 2 sisi. Pertama. Sisi keimanan atau kepercayaan. Sisi ini meliputi beriman kepada Allah, beriman kepada hari kemudian, beriman kepada malaikat - malaikat, beriman kepada kitab - kitab, dan beriman kepada nabi - nabi. Jadi untuk sekedar memudahkan kita mengingatnya, sisi keimanan yang terdiri atas 5 unsur tersebut, dan yang dititik beratkan pada "Hablumminallah". 

Dengan demikian, pahala yang akan diterima oleh orang yang benar -- benar beriman adalah berupa peningkatan kualitas pribadinya, karena orang tersebut telah dapat menjaga kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hatinya.

Unsur pertama iman atau percaya kepada Allah. Kalau kita benar percaya kepada Allah, hendaklah kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dengan sepenuh hati, dan tidak berhenti hanya sampai diucapan atau dibibir saja. Mari dirasakan melalui roso pangroso, setiap perbuatan, tingkah laku dan tutur kata kita sehari-hari, apakah melampaui kekuasaan Allah atau tidak. Bila melampaui kekuasaan Allah, ya tidak perlu dikerjakan, karena tanggung jawaban akhir ada pada diri kita sendiri.

Misal. Diberi uang untuk: memfitnah orang, menghasut orang, melakukan demonstrasi untuk berebut pengaruh, mencelakai orang, membunuh orang, melakukan korupsi, menyebarkan berita bohong, dan melakukan kegiatan jahat lainnya, dilaksanakan! Perbuatan -- perbuatan tersebut mengindikasikan, bahwa uang lebih berkuasa dari pada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Padahal sudah tersiratkan dalam surat Al Ikhlash ayat 4: tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Apalagi melampaui, dan lebih - lebih hanya merupakan sesuatu yang sifatnya bernilai kebendaan belaka (uang). Kita harus selalu ingat, bahwa manusia adalah sebagian dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun