Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Bunga Mawar (2)

13 September 2021   09:43 Diperbarui: 13 September 2021   09:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena tidak menutup kemungkinan, untuk Nabi yang sama tetapi dengan sebutan atau nama yang berbeda. Silahkan saja, karena memang itu sebutan atau nama yang berlaku dalam agama tersebut. Mari kita sadari, dan janganlah aturan dari satu agama, digunakan untuk menilai dan atau lebih -- lebih untuk menyalahkan agama yang dianut orang lain. 

Sudah barang tentu tidak akan sama, bila ditilik dari sisi sareat atau sisi lahiriyah. Toh kita sudah akrab dengan kata -- kata lakum dinukum waliadin, yang dalam bahasa Indonesianya berarti kamu agamamu aku agamaku. Sebagai penganut Islam, sudah barang tentu Nabi Muhammad SAW. yang diposisikan sebagai figur panutan dan yang harus diteladani.

Lalu apa yang harus diteladani dari Kanjeng Nabi? Tidak lain adalah akhlak mulia dan budi pekerti luhur beliau, yang ditunjukkan beliau sebagai perwujudan perintah dan petunjuk Allah dalam kesehariannya, agar dicontoh oleh umat pengikutnya.

Bukan harus meniru kondisi pisik beliau, cara berpakaian beliau, adat dan budaya beliau. Karena Allah memang menghendaki agar manusia terdiri dari berbagai bangsa dan suku bangsa, agar saling kenal mengenal. 

Dengan demikian setiap bangsa, dan suku bangsa pasti mempunyai ciri - ciri pisik yang berbeda, bahasa yang berbeda, budaya yang berbeda, adat yang berbeda, warna kulit yang berbeda.

Jadi wajibnya kita bersyukur telah diciptakan sebagai bangsa Indonesia apapun suku bangsanya, dengan kondisi pisik, adat, dan budaya kita bangsa Indonesia. Dan bukan malah merasa bangga dengan meniru-niru adat dan budaya orang lain, kalau kita tidak ingin digolongkan ke dalam golongan orang yang tidak pandai bersyukur.

Surat Al Hujuraat ayat 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dengan tiada henti-hentinya, puji syukur patut kita sanjung agungkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah menciptakan kita sebagai mahluk paling sempurna diantara mahluk - mahluk lain ciptaan-Nya. Betapa tidak, karena kecuali kita diciptakan sebagai khalifah-Nya dimuka bumi, kita juga dibekali dengan berbagai piranti agar selalu tetap terjaga kesuciannya.

Surat Al Baqarah ayat 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Apa bekal yang diberikan Allah, untuk menjaga kesucian kita? Yaitu beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat -- malaikat, kitab -- kitab, nabi -- nabi ( penggalan surat Al Baqarah ayat 177), dan ini baru merupakan salah satu sisi takwa. Dengan beriman kepada Allah, dan diingatkan Nabi dalam sabdanya kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu (Arab = man arofa nafsahu fakot arofa robbahu), seharusnya kita memahami dan meyakini, siapa sejatinya diri kita ini.                                                                      

Sejatinya manusia adalah sebagian dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, dari sanalah kita berasal dan kesanalah kita semua akan kembali. Mari kita selalu ingat (Jawa=eling), kesanalah kita semua akan kembali, dan bukan kembali kepada orang yang memberi duit untuk berbuat kejahatan di dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun