Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Linang dan Banjir

11 Januari 2020   11:52 Diperbarui: 11 Januari 2020   21:51 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Owh banjir, airmu ku sukak" Hatiku menjerit. "Boleh ku renang siang nanti, moms?" aku memohon. Orang orang memandangku, mungkin terkejut? Dan moms sigap mengatupkan tangannya ke bibir kecilku. 

Hingga tiba kami di bangunan diketinggian, yang dibilang tempat pengungsi bandang. Kamipun bergerombol membentuk sanak sendiri sendiri. Kami cuma berdua aku dan moms. "Kau tetap disini anak manis, moms mau bantu ke dapur bantuan. Okei?" aku mengangguk dan mengerti memang moms tak suka berpangku tangan. 

Tak betah duduk aku berlalu lalang diruang besar hingga menggapai pintu luar. Hujan masih jatuh rapat suaranya menderu tapi aku senang. "Dimanakah kah banjir?" hatiku lagi lagi tergoda. Kulongokkan kepala kecilku. "Hah?! Banjir sudah mendekat?" ku kejut, tapi gembira melihat anak sebaya berenang dan bermain air. Aku tak bisa menanhannya untuk segera ikut menyongsong mereka dan larut dalam riak banjir yang mungkin setinggi kepalaku. 

Kami semua mengambang dipermukaan dengan gembira meski air meninggi melebihi ukuran kecil kami. Malah membikin kami hepi, mengambang tinggi seperti bebek. Saling menjerit dan tertawa gembira."Sapa nama kamu?" seorang anak lelaki mendekat. 

"Aku Linang" kataku tertawa dengan kuyup wajah. 

"Owh? Pantas kamu jago renang. Nama kamu berlinang, hahaha" balasnya. Kami berdua tergelak gelak sambil menepuk nepuk muka air banjir. "Linang siapa..?" tanyanya lagi. 

"Linang aja..". 

"Bagaimana kalau Linang Banjir?"katanya menggoda. 

"Hahaha.. lucu" kami terbahak lagi sembari menyelam timbul. Entah sudah keberapa jam aku tak merasakan lelah bermain banjir, hanya kurasakan bobot tubuhku semakin ringan menyenangkan. Lagi sehabis ku menyelam dan menampak permukaan teman teman sebayaku tak tampak batang hidungnya. 

"Bodo amat!" kataku sambil berasyik dalam air banjir.

"Linang..!!" tiba tiba kudengar teriakan moms diatas perahu survivor menuju arahku, beberapa relawan terlihat mendayung cepat mengarahku. "Cepat naik anak pintar!" bapak relawan sigap meraihku dari air. Moms langsung mendekap basahku sambil meratap. " Janganlah kau lakukan lagi, Linang. Moms takut..kamu coba lihat itu" lengannya menunjuk tinggi air yang telah mencapai atap rumah. Dari sudut peluk moms aku melirik sekitaran banjir yang meninggi. Namun aku tak merasakan kawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun