Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Memasak Kesempatan dan Kepercayaan

30 April 2024   08:15 Diperbarui: 30 April 2024   09:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu dan anak memasak bersama di dapur. (Freepik/jcomp)

Di ruang rapat PT Teknologi Maju, Ernanda tampak gelisah. Sejak pagi, ia telah mengalami kegagalan demi kegagalan dalam menetapkan alokasi sumber daya. Di sekeliling meja, wajah-wajah baru yang penuh harapan menatapnya, tapi Ernanda tahu mereka belum cukup berpengalaman untuk tantangan yang akan datang.

"Kita perlu lebih banyak waktu untuk mengasah keterampilan, bukan hanya teori," ujar Ernanda, mencoba menyembunyikan kekecewaannya. Ruangan itu terdiam, beberapa anggota tim yang baru terlihat gugup.

Dalam perjalanan pulang, Ernanda masih memikirkan pekerjaan. Tiba di rumah, ia disambut oleh anaknya, Dian, yang sedang duduk di ruang tamu, asyik dengan tablet di tangannya.

"Hore, Ibu pulang!" Dian berseru, berlari menghampiri ibunya. "Ibu kenapa? Kok mukanya sedih?"

Ernanda tersenyum pahit, "Iya, Nak, banyak pikiran di kantor. Gimana kalau kita makan sesuatu yang enak malam ini? Ayo kita masak bersama."

"Boleh, Bu! Aku mau belajar masak Soto Ayam kesukaanku!" seru Dian dengan semangat.

Mereka berdua kemudian melangkah ke dapur. Ernanda menyiapkan bumbu, sedangkan Dian dengan cekatan memotong ayam. Di antara canda tawa dan bercerita tentang hari mereka, Ernanda merasakan kehangatan yang lama tidak ia rasakan.

"Bu, tahu nggak, hari ini di sekolah aku belajar tentang keberanian mencoba hal baru," kata Dian, sambil terus mengaduk kuah soto yang mulai mengeluarkan aroma sedap.

Ernanda tertawa, "Oh iya? Seperti apa itu?"

"Katanya, kita nggak akan pernah tahu bisa nggak, kalau nggak pernah coba," jawab Dian bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun