(kumencari riang rindumu)
airmukamu setinggi dada bergelayut ditumpu atap rusuk bukan rumahmu sendiri
meski tak setinggi timbunan sampah yang mengonggok jongkok di jembatan besi
di bawah tenda hijau, rindu menyertai derasnya lumpur menyembulkan mimpi
pada tikungan yang menurun itu, kulihat ibumu masih merebus tangis berlauk nasi
tangan keriputnya mencoba menangkap angin yang berhembus dari dataran tinggi
seperti kepulan asap rokok mulut suami, yang dihamburkan ke wajah mendung istri