Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Karena Cinta Bukan Karena

3 Oktober 2025   16:51 Diperbarui: 3 Oktober 2025   16:51 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Karena Cinta Bukan Karena. Gambar oleh fotokrug | Pixabay 

Saat membaca novel,
terkadang aku lupa menandai
di halaman berapa:
135 atau 153,
tokohnya sedang memasak mi instan
atau mencium kekasihnya
Begitu juga halnya tentang dirimu
Aku lupa dengan janjiku
'tuk menjemputmu jam enam sore tadi
Aku pikir jam enam pagi esok harinya
Kusadari setelah pesanmu masuk
Gila, ini jam dua dini hari
Kau marah
Aku selalu ingkar janji, katamu
Aku hanya pelupa, sanggahku
Terlalu sering, katamu lagi
Maaf, cuma itu yang bisa kukatakan 

Dan malam mengirimkan dingin

Aku menyeduh kopi, memantik
sebatang rokok,
membuka YouTube,
barangkali ada tutorial
menghadapi kekasih yang sedang marah
saat dini hari 

Namun, kusadari
Cinta bukanlah gegas peluk
atau ciuman panjang
Tapi bagaimana menyeimbangkan
saat tubuh merespon "tak"
sedang mulut mengucap "ya"
Tidak juga menyembunyikan
kepura-puraan
Pun tak perlu tujuh alasan
Cinta bukan beberapa karena
Kurasakan dirimu diriku tersambung
Jalan

Masih kutunggu pesanmu pagi ini

***

Lebakwana, Oktober 2025

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun