Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Beberapa Teori untuk Membunuh

4 Januari 2023   19:18 Diperbarui: 4 Januari 2023   19:22 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay

Joe adalah pengusaha muda yang sukses. Bisnisnya sama denganku. Terkadang kami saling unggul dalam memenangkan sebuah tender proyek dari pemerintah. Hari aku yang menang, di bulan yang lain Joe yang mengendalikan. 

Tapi aku taksuka disaingi. Apalagi mengelola bisnis yang sama. Dalam satu gunung tak boleh ada dua macan, bukan? Dan Joe harus dilenyapkan. 

***

Tapi, tidak. Tidak! 

Mang Sanip masih hidup, pagi ini ia masih membuatkan minuman untuk karyawan. Juga Joe. Masih kulihat pagi ini pemberitaan dirinya di koran, dalam peresmian kantor pusatnya yang baru. 

Mereka semua kubunuh dalam khayalanku saja. Walaupun belakangan ini ingin rasanya aku membunuh. Tentu ini menimbulkan sensasi yang lain. Membunuh? Hm! 

Aku membayangkan bagaimana rasanya seorang pembunuh setelah menghabisi korbannya. Takut, berdebar-debar, dikejar-kejar rasa bersalah, atau apa? Atau merasa puas?

Tapi secara keseluruhan semuanya punya motif, ada pemicu awal. Entah karena dendam, pertengkaran, atau sebelumnya didahului dengan pencurian atau perampokan. Bahkan seorang pembunuh bayaran pun punya motif. Motif mendapatkan uang. 

Tidak. Aku ingin membunuh bukan karena terpaksa, atau mempunyai motif. Membunuh, ya, membunuh saja. Ringan. Seperti ringannya membeli hamburger di Warung Amerika. Setelah satu dua gigitan, tidak enak, tinggal lempar saja ke tong sampah. 

Aku sendiri tidak tahu kenapa ingin membunuh. Semua sudah kucoba, semua pernah kumiliki. Aku pernah mencoba makanan yang rasanya paling ekstrem, hingga petualangan paling gila. Petualangan seks? Tentu. 

Hanya membunuh yang belum pernah kucoba. Gila, tentu ini pengalaman yang tak terlupakan. Makanya kubeli berbagai senjata -- baik tajam maupun senjata api. Bagiku yang punya jaringan yang luas, sangat mudah membeli senjata api di pasar gelap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun