Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Ruang Menuju Kematian

14 Juni 2020   17:19 Diperbarui: 14 Juni 2020   17:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. PublicDomainImages/ Pixabay.com 

Harus bagaimana menulis obituari, tentang menakar timbangan, dan menimbang takaran 

Sebuah neraca harus berayun dengan bandul yang tara, tak melihat siapa yang memakai sutra siapa yang menggenggam secarik perca 

Apakah tak memakai baju, atau menggunakan banyak sepatu 

Dan sebuah ruang, yang seharusnya tempat berharap, menaruh dan menghitung dengan adil suatu hal perkara, tanpa rasa takut dan rasa bimbang, tapi yang tampil fragmen-fragmen dari sebuah tonil 

Lonceng jam pun mengabarkan kematian 

Ruangan itu semakin jauh dan gelap 

***

Cilegon, Juni 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun