Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teleportitis

2 Oktober 2025   22:22 Diperbarui: 2 Oktober 2025   22:10 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Tidak ada yang aneh." Dia mondar-mandir. "Yang aku pikirkan adalah kapan aku akan menemuimu lagi. Tentang betapa aku menantikannya." Dia menatap mata Nitania. "Apakah kamu tidak sedang memikirkan aku?"

"Ya, tapi..." Nitania duduk di kursi meja dapur. Dia takut memberi tahu Herlambang bahwa dia juga memikirkannya, dan dia memikirkan Herlambang setiap saat. Sebaliknya, dia berkata, "Dengar, Herlambang. Aku senang sekali kamu memikirkanku. Tapi kamu harus berhenti berteleportasi ke Fresh & Food. Ini sangat memalukan dan aku bisa kehilangan pekerjaan. Atau kamu sendiri bisa mendapat masalah. Jadi, tolong. Berhenti."

Namun beberapa hari kemudian, kejadian serupa terulang kembali. Kali ini Pak Feriansyah sedang mengepel di salah satu lorong makanan beku, lalu dia menelepon polisi. Nitania berusaha untuk tidak berteriak saat tangan Herlambang diborgol.

"Maaf," katanya sambil diseret melalui pintu geser otomatis.

Setelah Nitania menjemput Herlambang dari kantor polisi, mereka bertengkar.

"Semua orang di tempat kerja menertawakanku," katanya. "Mereka mengira aku pacaran dengan orang gila."

"Aku tidak bisa menahannya."

"Berhentilah memikirkanku."

"Akan kucoba."

Nitania mengerang. "Mungkin kamu terlalu menyukaiku?"

Herlambang menjawab pertanyaan Nitania dengan balas bertanya. "Apa yang kamu katakan?" Suaranya serak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun