"Tidak ada yang aneh." Dia mondar-mandir. "Yang aku pikirkan adalah kapan aku akan menemuimu lagi. Tentang betapa aku menantikannya." Dia menatap mata Nitania. "Apakah kamu tidak sedang memikirkan aku?"
"Ya, tapi..." Nitania duduk di kursi meja dapur. Dia takut memberi tahu Herlambang bahwa dia juga memikirkannya, dan dia memikirkan Herlambang setiap saat. Sebaliknya, dia berkata, "Dengar, Herlambang. Aku senang sekali kamu memikirkanku. Tapi kamu harus berhenti berteleportasi ke Fresh & Food. Ini sangat memalukan dan aku bisa kehilangan pekerjaan. Atau kamu sendiri bisa mendapat masalah. Jadi, tolong. Berhenti."
Namun beberapa hari kemudian, kejadian serupa terulang kembali. Kali ini Pak Feriansyah sedang mengepel di salah satu lorong makanan beku, lalu dia menelepon polisi. Nitania berusaha untuk tidak berteriak saat tangan Herlambang diborgol.
"Maaf," katanya sambil diseret melalui pintu geser otomatis.
Setelah Nitania menjemput Herlambang dari kantor polisi, mereka bertengkar.
"Semua orang di tempat kerja menertawakanku," katanya. "Mereka mengira aku pacaran dengan orang gila."
"Aku tidak bisa menahannya."
"Berhentilah memikirkanku."
"Akan kucoba."
Nitania mengerang. "Mungkin kamu terlalu menyukaiku?"
Herlambang menjawab pertanyaan Nitania dengan balas bertanya. "Apa yang kamu katakan?" Suaranya serak.