Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng Pengantar Tidur Sebelum Datang Guntur

2 Oktober 2025   20:48 Diperbarui: 2 Oktober 2025   20:48 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Hatiku adalah milikmu, sayang," katanya. "Itu selalu menjadi milikmu, lakukan sesukamu."

Maka Ahli Bedah memotong hati istrinya, dan dengan keterampilannya yang sudah begitu terlatih dan canggih sehingga Lalyta tidak merasakan apa pun jua.

Dia hampir tidak tahu kalau hatinya sudah tak ada.

Ahli Bedah menjahitkan hati tersebut pada Raja, yang sangat bersyukur sehingga dia menjadikan ahli bedah itu Pangeran Mahkota calon penggantinya, dan Lalyta istrinya seorang Putri, dan meminta mereka untuk tinggal bersamanya di istana.

Sebuah mahkota tentu saja merupakan pertukaran yang bagus untuk sebuah hati, pikir Lalyta Lytani.

Dia bahkan tidak bisa memeluk Ahli Bedah itu lagi.

***

Asisten Wanita tersebut meletakkan tangannya di hatinya sendiri. Tangan kirinya, dengan empat jari. Tangan kanan dengan enam, karena kelingking ekstra dijahit ke samping. Dia bertumpu pada stoples jantung di rak. Jantung Asisten Wanita itu sendiri berdebar kencang. Jantung di dalam toples tidak.

Baik hati dan jantung mungkin akan berubah. Lebih cepat dari yang diinginkan jantung hati mana pun juga. Dan bukankah hal itu selalu terjadi?

Kurang dari satu bulan setelah mereka dinobatkan, Ahli Bedah yang sekarang telah menjadi seorang Pangeran, datang ke kamar kerajaan mereka. Wajahnya menunjukkan keputusasaan yang membosankan.

"Apa yang salah?" Lalyta Lytani bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun