Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangan Dingin dan Aroma Garam

14 September 2025   10:26 Diperbarui: 14 September 2025   10:26 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

***

Malam itu, di tempat tidur pengantin mereka yang besar dan sunyi, Mendut bermimpi tentang terakhir kali dia berhubungan badan dengan suaminya, kakinya mengangkang lebar-lebar, lengan dan kaki mereka bekelindan seperti rumput laut. Rambutnya yang ikal longgar mengelilingi wajah yang terlalu akrab untuk dilupakan, dan ketika Mendut terbangun, kegelisahan mendorongnya untuk memeriksa semua jendela di rumah mereka yang sunyi. Hanya siluet pepohonan yang menari kusut.

***

Keesokan harinya, dia kembali dari mengirimkan lebih banyak barang milik mereka dan menemukan tamu asingnya menunggu di dekat gerbang, dengan sebuah kotak styrofoam besar di tangannya.

"Dapurmu kosong," katanya, "Aku telah membawakanmu sesuatu."

Kotak itu penuh dengan ikan tuna, makarel, cumi-cumi, dan beberapa ikan eksotis berwarna-warni yang tidak dikenalinya. Matanya dengan datar menatap hampa. Bau laut tercium di dekatnya, kuat tapi tidak menyengat.

"Terima kasih," katanya ragu-ragu.

Mendut cukup yakin sekarang ini bukanlah suaminya yang telah meninggal, yang tidak pernah membawa apa pun kembali dari pekerjaannya kecuali perangai buruknya. Dia harus mengusir penampakan tak dikenal ini, menyuruhnya pergi dan jangan pernah kembali dengan mengambil keputusan melakukan yang tak wajar seperti itu.

Mendut mengambil kotak itu dan tangan mereka bersentuhan sejenak, kulit dingin menempel rubuh hangat. Makhluk penampakan itu menjauh dengan gerakan menjentikkan ikan yang terkejut.

"Rakmu kosong dan lantaimu penuh dengan kotak," kata makhluk penampakan itu. "Mengapa?"

"Aku menjual rumah ini," kata Mendut, "Aku butuh uang. Aku mungkin akan kembali ke rumah orang tuaku di kota."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun