***
Malam itu, di tempat tidur pengantin mereka yang besar dan sunyi, Mendut bermimpi tentang terakhir kali dia berhubungan badan dengan suaminya, kakinya mengangkang lebar-lebar, lengan dan kaki mereka bekelindan seperti rumput laut. Rambutnya yang ikal longgar mengelilingi wajah yang terlalu akrab untuk dilupakan, dan ketika Mendut terbangun, kegelisahan mendorongnya untuk memeriksa semua jendela di rumah mereka yang sunyi. Hanya siluet pepohonan yang menari kusut.
***
Keesokan harinya, dia kembali dari mengirimkan lebih banyak barang milik mereka dan menemukan tamu asingnya menunggu di dekat gerbang, dengan sebuah kotak styrofoam besar di tangannya.
"Dapurmu kosong," katanya, "Aku telah membawakanmu sesuatu."
Kotak itu penuh dengan ikan tuna, makarel, cumi-cumi, dan beberapa ikan eksotis berwarna-warni yang tidak dikenalinya. Matanya dengan datar menatap hampa. Bau laut tercium di dekatnya, kuat tapi tidak menyengat.
"Terima kasih," katanya ragu-ragu.
Mendut cukup yakin sekarang ini bukanlah suaminya yang telah meninggal, yang tidak pernah membawa apa pun kembali dari pekerjaannya kecuali perangai buruknya. Dia harus mengusir penampakan tak dikenal ini, menyuruhnya pergi dan jangan pernah kembali dengan mengambil keputusan melakukan yang tak wajar seperti itu.
Mendut mengambil kotak itu dan tangan mereka bersentuhan sejenak, kulit dingin menempel rubuh hangat. Makhluk penampakan itu menjauh dengan gerakan menjentikkan ikan yang terkejut.
"Rakmu kosong dan lantaimu penuh dengan kotak," kata makhluk penampakan itu. "Mengapa?"
"Aku menjual rumah ini," kata Mendut, "Aku butuh uang. Aku mungkin akan kembali ke rumah orang tuaku di kota."