(Keabadian adalah tema umum dalam fiksi. Konsep ini telah digambarkan dalam Epos Gilgamesh, karya fiksi tertua yang diketahui. Awalnya muncul sebagai mitologi, kemudian menjadi elemen dalam genre horor, fiksi ilmiah, dan fantasi).
***
Pagi hari, pasar tradisional di bawah jalan tol dipenuhi sayur mayur, buah-buahan, dan bermacam bahan makanan. Gerobak dan meja siku untuk lapak menampilkan kol, lobak, bunga matahari, dan gantang kepiting. Jembatan di atasnya bergetar saat mobil-mobil melaju kencang melewati lempengan beton.
Pada sore hari, pasar akan kembali seperti biasa, dengan kantong plastik berisi sayuran bernoda berhamburan melintasi tempat parkir komuter yang teduh.
Jika mereka membuat kamera yang tidak akan memakan memori, aku akan memotretnya pagi ini sebagai kesempurnaan, sehingga kita dapat menelusurinya kapan pun kami mau.
Kamu meremas tanganku sambil tersenyum karena kamu juga merasakannya.
Kita mengumpulkan sayuran dan sisa roti, lalu berjalan-jalan di kios-kios terpencil. Di pinggir pasar terdapat hal-hal baru: suatu hari seorang wanita menjual kancing dan sabun buatan tangan. Di suatu pagi yang lebih sejuk, ada seorang pria dengan ubi talas dan bunga bakung di dalam pot kaca.
Sekilas melihat ke sekeliling lingkar luar kios akan menemukan stoples berisi cairan berkilau dengan kantong kertas diletakkan di atas dudukannya. Mereka bagai kebetulan memberi isyarat dengan teksturnya dan aroma yang menggoda. Mereka membiarkan kita pergi, meyakinkan bahwa kita masih tidak memerlukan sesuatu yang baru dalam hidup kita.
"Ayo ke sana," aku menarik tanganmu.
Warung baru minggu ini hanya berupa meja. Tidak ada spanduk di belakang, bahkan brosur pun tidak. Hanya sederet stoples dan botol semprot antik yang serasi, masing-masing berlabel: Kekal Abadi.