Kamu juga.
Dengan garpu dan pisau kita mencicipi makanan. Aku menyesap anggurnya, dan mengakui, dengan lembut, mengapa Chenchen selamat dari pitbull.
Kamu berhenti mengunyah.
Angin sepoi-sepoi menggerakkan lonceng angin di jendela di samping kita.
"Apa maksudmu? Kok bisa?" Kamu menelan ludah saat kamu bangkit dari meja. Matamu menatap tajam tanda tak setuju. Aku membayangkan apartemen kita tanpa tumpukan buku atau kaus t-shirt yang menutupi sofa, ketika semuanya tersapu oleh perbedaan pendapat. Aku memikirkan furnitur mana yang menjadi milikmu dan mana yang menjadi milikku.
Lalu kamu tersenyum. Kamu menciumku dan kembali duduk. Kamu menatapku seperti biasa.
Kekal Abadi sungguh luar biasa.
Cikarang, 28 April 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI