Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kekal Abadi

6 September 2025   13:58 Diperbarui: 6 September 2025   13:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Dia menukar obor di tangannya dengan segelas air, dan memadamkan apinya. Sepatuku ada di dalam kotak. Masih utuh. Tidak terbakar atau basah.

Aku membeli tiga botol.

***

Jauh dari meja, hal pertama yang kulakukan adalah menyemprot sepatuku yang sebelah lagi. Kerumunan orang-orang pasar berdesak-desakan di sekitar kita.

"Bukankah kamu seharusnya membaca label petunjuk dulu?" kamu bertanya.

Aku melirik tulisan di label botol. "Tidak beracun. Bukan untuk pemakaian internal. Tidak ada jaminan apa pun jika tertelan."

Kamu mengangkat bahu, mengira kita membuang-buang uang tiga ratus ribu. Tapi aku menghitung semua cara yang bisa kita lakukan untuk berhemat, ketika barang-barang kita bertahan selamanya.

Setibanya di rumah, setelah kamu memasukkan sayuran ke dalam kulkas dan aku mengelus kucing yang tak berhenti bergoyang-goyang, aku menyemprot sepeda gunung kita dari atas ke bawah.

Aku menyemprot celana jins-ku. Celana kesayanganku. Mungkin dengan begitu mereka selamanyaa tidak akan pernah pudar atau robek.

Beberapa hari kemudian, setelah memangkas rambut di barbershop dan hasilnya sangat memuaskan, aku menyemprot rambutku. Entahlah, mungkin hanya akan basah selamanya, atau masalah biaya potong rambut terpecahkan.

Seminggu kemudian, ketika kelembapan udara mencapai langit-langit, dan cairan menetes rata, aku sangat senang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun